 |
Capture: Mama |
Mungkin sosok ini jarang kuceritakan, tapi sebenarnya dia
adalah salah satu sosok yang mampu membuat hidupku lebih sempurna. Dika.
Lengkapnya Andika Aulia. Adik yang hadir ke dunia setelah aku melalui fase
bayi, batita, dan balitaku. Dia terlahir saat aku menginjak usia 6 tahun.
Adik yang saat dia masih kecil kuurus selepas pulang
sekolah. Adik yang sering merepotkanku karena Papa enggan mengurusnya ketika
Mama absen di rumah.
Tapi dia juga adalah Adik yang dengan setia menemaniku
bermain setiap harinya. Adik yang dengan lucunya mampu membuatku tertawa, Adik
yang dengan polosnya selalu kubuat menangis, dan masih banyak lagi.
Aku merasa berutang padanya karena semasa dia kecil dia
sering kubuat menangis. Dengan tingkahku yang menyebalkan, aku sering
mengganggunya hingga tak jarang pula Mama memarahi hingga menghukumku karena
telah mengusik ketenangan di rumah.
Mungkin hal itu terjadi karena aku iri padanya. Dia
adalah sosok yang ditunggu-tunggu kehadirannya di rumah sejak dulu hanya karena
dia berjenis kelamin laki-laki. Ya, berhubung keluargaku bersuku Batak,
otomatis kehadiran anak laki-laki sangat diharapkan. Ditambah lagi dia adalah
anak terakhir. Lengkaplah sudah alasan mengapa dia sangat dimanja di rumah.
Aku mengulas tentangnya kali ini disebabkan oleh tulisan
Papa di Facebook tadi pagi (tulisan Papa).
Tanpa kusadari aku merasa bahwa sudah terlalu jauh jarak antara aku dan Dika
sejak kepergianku ke Bogor dua tahun lalu. Aku semakin jarang berkomunikasi
dengannya padahal aku hanya perlu mengetikkan beberapa tombol di layar
handphoneku. Mungkin aku merasa gengsi. Entahlah.
Yang pasti aku sangat mengharapkannya tumbuh menjadi
seorang pria tangguh yang tidak gentar dengan lingkungan sekitar. Karena dia
adalah sosok yang akan menggantikan figur Papa di rumah. Dialah yang mengemban
tugas untuk menjaga kami, para wanita. Ya, aku berharap dia tidak pernah salah
langkah dalam hidupnya.
Satu pesanku untukmu Adikku, jadilah dirimu sendiri.
Jangan mau dikekang oleh apa dan siapa pun. Raihlah semua yang kau inginkan
dalam hidupmu. Jangan sampai menyesal, tapi jangan pula sampai melampaui batas.
Tetap ingat agama dan keluarga. Tidak akan pernah ada tempatmu kembali selain
kepada-Nya dan tidak akan pernah ada orang yang akan menerima semua
kekuranganmu kecuali keluarga. Adikku, aku bangga padamu hingga detik ini. Kau
pantas untuk kubanggakan karena sudah banyak yang kau raih dengan umurmu yang
masih belia. Tidak sepertiku yang sangat terlambat membuat beliau bangga. At last,
Ich liebe Dich, my brother :”)