Tepat hari ini, 27 Mei 2013, Mama
resmi menyandang title M.Si di belakang namanya. Sebuah pencapaian luar biasa
karena memakan waktu yang cukup lama. Akhirnya, beliau terbebas juga dari
tekanan yang diberikan oleh teman-temannya yang terus-terusan bertanya, “Kapan
lulus?” saat mereka bertemu.
Kami sekeluarga sudah menantikan
moment ini sejak lama. Karena dengan selesainya perjuangan beliau dalam
menempuh kuliah S2, maka itu adalah awal beliau akan mulai fokus kembali pada
keluarga. Selain bekerja sebagai dosen, beliau juga merupakan ibu rumah tangga
yang sangat gigih dan tekun. Melakukan hampir semua tugas rumah tangga sendiri. Mulai
dari mencuci, menggosok, memasak, menyapu, mengepel, menyiram tanaman, membuang
sampah, membeli bahan-bahan masakan, bahkan tak jarang beliau juga menjemput
kakak dan adikku pulang kuliah dan sekolah. Tak akan pernah dapat kutemukan
lagi seorang ibu seperti beliau. Aku saja belum tentu bisa seperti itu kelak
ketika sudah menjadi seorang ibu.
Akan tetapi, title itu tak akan
dapat diraih beliau tanpa bantuan dari papa. Ya, papa juga memegang peran yang
penting dalam kelulusan mama. Untuk semangat dan kepercayaan yang papa berikan
untuk mama, tak jarang menjadi suntikan semangat beliau dalam menyelesaikan
pendidikan S2nya. Selain itu, bantuan dalam bentuk lain yang tentu saja
merupakan pengorbanan besar bagi papa yang juga seorang dosen. Karena hal itu
hampir menyita seluruh waktu papa. Atas dasar cinta papa dengan suka rela terus
menemani dan berada di samping mama ketika tesis itu digarap.
Pengorbanan kakak dan adikku juga
tak bisa dianggap remeh. Mereka dengan sabar menemani mama ketika mama harus
bertemu dosen pembimbingnya untuk mendiskusikan sesuatu. Bahkan terkadang
memakan waktu berjam-jam. Mereka dengan sabar menunggu di dalam mobil karena
tak mungkin ikut masuk ke dalam. Berpanas-panasan dan terkadang masih dalam
keadaan lapar dan capai.
Semua itu dijalani dengan ikhlas karena begitulah yang namanya “keluarga”. Saling
mendukung satu sama lain dan saling percaya. Itulah keluargaku. Keluarga yang
aku kasihi dan sayangi. Tak akan pernah ada lagi keluarga seperti mereka.
Teruntuk
papa, Dr. Drs. Mulyadi, M.Hum. Terima kasih Pa atas segala pengorbanan yang
telah engkau berikan untukku. Terima kasih atas butiran-butiran keringat dan
tenaga yang telah engkau kerahkan saat bekerja untuk membayar uang kuliah dan
segala keperluanku di sini. Aku sadar telah banyak menghabiskan banyak biaya
dan aku belum bisa memberikan kebanggaan padamu. Maafkan anakmu ini yang masih
saja suka bertingkah layaknya anak kecil. Susah dinasihati, malas belajar,
banyak menuntut, dan lain-lain. Aku akan berusaha untuk membalas segala
jasa-jasamu, Pa. Love you. Big Hug from Bogor.
Teruntuk
mama, Dra. Rumnasari K. Siregar, M.Si. Terima kasih Ma atas taruhan nyawa yang
telah engkau lakukan untuk melahirkanku ke dunia ini. Terima kasih karena
engkau telah dengan sabar membesarkanku sampai sekarang. Terima kasih karena
engkau selalu dengan sabar mendengarkan cerita-cerita konyolku, menghadapi
tingkah-tingkah kasarku, memaklumi segala kesalahan yang kuperbuat, dan
lain-lain. Maafkan anakmu yang suka memberontak ini, Ma. Maaf karena aku telah
memberi beban pada tubuh kecilmu saat mengandungku selama 9 bulan. Maaf karena
aku telah merepotkan dan menyusahkanmu saat engkau hendak melahirkanku. Maaf
karena aku sering menangis hingga membangunkanmu tengah malam saat aku merasa
haus atau merasa tidak nyaman. Maaf karena aku sering berucap kasar dan
bertingkah tidak sopan baik sengaja maupun tidak sengaja hingga menyakiti hati
lembutmu. Maaf jika sampai saat ini aku belum bisa membahagiakanmu, Ma. Belum
bisa memberikan kebanggaan apapun padamu. Maafkan aku, anakmu yang sering
engkau ejek gendut. Love you. Big Kiss from Bogor.
Teruntuk
kakakku, Liliyana Sari S. Kau tahu, aku sangat merindukanmu, Kakakku. Kakak
yang selalu setia menemaniku saat suka maupun duka. Kakak yang dengan lapang
dada memaafkan kenakalanku sewaktu kecil, walau aku telah menggores pipi
mulusnya hingga berbekas. Kakak yang selalu menjadi pendongengku ketika hendak
tidur. Terlalu banyak cerita yang engkau paparkan untukku, Kak. Aku
menganggapnya sebagai cerita pengantar tidur (hehe..), tapi aku tetap merasa
senang atas segala ceritamu karena itu pertanda engkau telah mempercayaiku. Tanpa
kau sadari, kau adalah panutanku dalam hidup ini. Apa yang telah engkau capai
dan raih, itu pulalah yang ingin aku capai dan raih. Entah kenapa aku selalu
menginginkan apa yang engkau miliki. Terakhir, aku ucapkan terima kasih dan
maaf. Terima kasih karena terlahir menjadi kakakku dan maaf karena aku belum
bisa menjadi adik yang baik. Love you. Big Miss from Bogor.
Teruntuk
adikku, Andika Aulia S. Maafin kakak ya, Dek. Kak Mala belum bisa menjadi kakak
yang baik untukmu. Sejak dulu hingga sekarang. Mungkin Dika pernah merasa
menyesal telah menjadi adik Kak Mala. Entah berapa kali Kak Mala buat Dika
menangis sewaktu Dika kecil dulu. Entah berapa luka yang telah Kak Mala gores
baik di kulit maupun hati Dika. Akan tetapi, jauh di lubuk hati Kak Mala, Dika
adalah adik Kak Mala satu-satunya dan akan terus menjadi yang satu-satunya yang
Kak Mala sayangi. Banyak kisah yang telah kita lalui berdua. Mulai dari bermain
PS, berbagi komik, berebut makanan, berargumen, berantem secara fisik atau
psikis, dan lain-lain. Terima kasih karena masih menganggap Kak Mala sebagai
Kakaknya Dika. Love you. Big Sorry from Bogor.
Nurmala
Fitri S.