![]() |
Source: setkab.go.id |
“Ngakunya anak lingkungan, tapi kok masih buang
sampah sembarangan?”
“Ngakunya pecinta alam, tapi kok sikapnya malah
merusak alam?”
Itulah kalimat yang ingin aku sampaikan tiap kali
melihat teman-teman atau siapapun membuang sampah bukan pada tempatnya. Jika di
saat kalian ingin membuang sampah, tapi ternyata tidak ada tempat yang
disediakan, hendaklah menyimpan dahulu sampah yang ingin kalian buang tersebut.
Tidak ada salahnya bukan?
Manusia terlahir bukan karena tanpa alasan. Manusia
dititipkan amanah yang bukan main beratnya sebagai khalifah di bumi oleh Sang
Pencipta. Sudah selayaknya manusia menjaga dan merawat alam. Sudah selayaknya
manusia berpikir bahwa alam ini tidak selamanya akan menerima diperlakukan
tidak adil oleh manusia. Tak jarang alam murka, tak jarang alam marah!
Bukankah alam sudah sering menunjukkan
ketidaksukaannya pada manusia? Apalah arti manusia di bumi? Hanya seonggok
daging yang bernama? (dikutip dari film 5 cm).
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang
diciptakan Tuhan. Manusia memiliki jiwa, raga, pikiran (akal), dan hati.
Mengapa tidak dipergunakan dengan maksimal? Mengapa hanya digunakan untuk
meraup keuntungan dan kekayaan pribadi? Pantaskah makhluk seperti itu disebut
manusia?
Pertanyaan yang paling penting adalah pantaskah
manusia meraup keuntungan dan kekayaan pribadi melalui ALAM? Pantaskah alam
yang menjadi korban atas kerakusan manusia? Pantaskah alam menjadi tumbal untuk
semua keegoisan manusia?
Miris melihat tanah papua yang telah terkuras habis
seluruh kekayaannya, miris melihat hutan-hutan di Indonesia yang telah habis
terbakar dan beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit, jerih melihat
hak-hak kedaulatan masyarakat pribumi atas tanah airnya dirampas paksa oleh
penjajah atau bahkan oleh pemimpin yang seharusnya berlaku sebagai tameng
pelindung, dan masih banyak lagi ketidakadilan perlakuan
manusia terhadap alam.
Lantas apalah jalan keluar untuk seluruh
permasalahan di atas?
Objek yang dapat memecahkan kebuntuan atas jawaban
dari seluruh permasalahan di atas hanyalah diri sendiri. Mengapa? Karena andai
kata seluruh manusia di muka bumi mulai berpikir dan bertindak selayaknya “manusia”,
maka insya Allah keadilan akan tegak nan kokoh berdiri.
Pemerintah akan menjadi lembaga yang mampu mengajak
masyarakat hidup dalam keselarasan dengan alam. Serta pemerintah akan mampu
memilih, menyeleksi, dan meloloskan proyek yang tidak merusak kelestarian alam.
Bukankah hijau lebih baik? Bukankah oksigen lebih
penting? Bukankah rimbun lebih indah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar