![]() |
Source: dedilinks.blogspot.com |
Hujan sedang apa kau di sana? Sudahkah angin
menyampaikan pesan cintaku untukmu? Ke mana saja kau? Aku sudah menunggumu
berhari-hari di sini. Menanti kabar darimu yang tak kunjung datang. Lupakah kau
padaku? Si tanah kering yang selalu membutuhkan asupan kasih sayang darimu?
Hujan. Ingatkah kau akan kebersamaan kita? Saat air
dinginmu menyambangi pori-pori kulitku dan memenuhi lapisan-lapisan tubuhku.
Bantu aku membuat para manusia itu senang. Tanpamu aku takkan pernah bisa
menumbuhkan pepohonan.
Hujan. Kapan terakhir kali kita bercengkrama?
Ingatkah kau? Karena aku sudah lupa. Rasanya sudah berabad-abad yang lalu kau
menghampiri kediamanku. Ataukah kau sudah lupa jalan menuju si tanah kering
yang kesepian ini?
Kudengar dari angin bahwa kau sedang sibuk membasahi
tanah kering di kota lain. Benarkah itu? Apakah tanah kering itu juga sama
kesepiannya denganku hingga kau berbaik hati terus menemaninya? Jujur saja,
hatiku sakit saat mendengar pengakuan dari angin. Karena kukira, hanya akulah si
tanah kering yang mampu melengkapi kesempurnaanmu. Karena kukira, hanya aku si
tanah kering yang berarti di hidupmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar