Tak jarang aku iri dengan mereka yang
“benar-benar” memiliki teman. Teman yang selalu ada di saat dibutuhkan, selalu
siap ngulurin tangan ketika diperlukan, selalu ikhlas ngelontarin lelucon cuma untuk
buat hari kita gak buruk, selalu mau bahunya jadi senderan dan telinganya jadi “tempat
sampah”, selalu bisa ngeluarin kata-kata penyemangat untuk balikin semangat
kita lagi, dan selalu jadi pengingat di saat sikap dan kata kita keterlaluan.
Aku yakin “teman” seperti itu ada. Ada namun sulit untuk ditemukan, itu pasti.
Tapi entah kenapa orang lain mudah
saja menemukan sosok seperti ini. Entah jampi atau kebaikan apa yang telah dia
lakukan sehingga mampu menemukan sosok yang untuk menemukannya sesulit mencari
jodoh. Mungkin benar dengan pribahasa, kalau mau diperlakukan baik maka berbuat
baiklah. Selama ini aku seperti memasang topeng pada semua orang karena
sejujurnya aku sendiri pun tidak tahu seperti apa sifat dan watakku yang
sebenarnya. Kekanakan? Jutek? Lemah lembut? Cuek? Semuanya ada. Kadang mood
kekanakanku keluar bersamaan dengan sifat jutekku, yang di mana kedua hal ini
merupakan dua kutub yang saling berlawanan. Aku yakin orang-orang memandangku
aneh. Aku sendiri juga merasa aneh.
Aku bahagia dengan mereka yang telah
menemukan teman yang benar-benar layak disebut teman. Aku hanya berharap semoga
aku segera dipertemukan dengannya. Teman yang benar-benar ada bukan hanya di
saat dia butuh. Teman yang benar-benar berbuat baik tanpa berharap balas budi.
Walau
begitu aku merasa aku telah menemukan satu dari sekian banyak teman yang ada.
Meskipun kadang dia sangat menyebalkan namun kuyakin aku pasti jauh lebih
menyebalkan. Teman yang di saat aku badmood justru malah terus mengajakku
mengobrol, di saat teman-teman yang lain justru berbalik meninggalkanku, tapi
dia malah berjalan mendekat. Teman yang tidak ragu meminta maaf, mengajak
ngobrol duluan ketika salah. Mengajarkanku bahwa jangan tahan gengsi hanya demi
harga diri. Sayangnya aku tidak tahu apa aku adalah “teman” baginya.