Ketika
Angin dan Hujan bertemu terjadilah percakapan seperti ini:
Angin : Hai
hujan, bagaimana kabarmu? Lama tidak bertemu.
Hujan : Hai,
kabarku baik. Kau sendiri bagaimana? Iya, aku sedang sibuk di negeri seberang.
Angin :
Kabarku? Sama baiknya denganmu. Tapi aku tidak sesibuk kau, kawan (tertawa)
Hujan :
(meringis) Ah bisa saja. Bagaimana keadaan di sana? Semua baik-baik saja kan?
Angin : Wah,
tergantung kawan. Kabar siapa dulu yang ingin kau ketahui?
Hujan : Apa
ada yang tidak beres? (mulai khawatir)
Angin :
Jangan khawatir, aku hanya ingin tahu kabar siapa yang ingin kau dengar, karena
aku tahu siapa yang kau maksud (menggoda)
Hujan : Siapa
yang kau maksud? (berpikir) Ah, maksudmu si tanah kering?
Angin : Si
tanah kering? (bingung)
Hujan : Iya,
si tanah kering. Kenapa?
Angin : Tidak,
aku hanya bingung mengapa kau tidak seantusias musim lalu saat menyebut
namanya.
Hujan : Kau
tahu kawan, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, aku bolak-balik langit dan bumi
untuk menemui-Nya. Memohon pada-Nya untuk segera mengizinkanku membasahi bumi.
Aku lelah menunggu.
Angin :
Lantas apa yang kau lakukan kawan?
Hujan : Aku
mengatakan pada-Nya bahwa aku akan ikhlas diturunkan di mana dan kapan saja,
tidak peduli lokasinya di mana dan kapan waktunya. Aku sangat ingin membantu
makhluk bumi kawan.
Angin :
(mendengarkan)
Hujan : Karena
hal inilah yang membuatku sedikit-banyak melupakannya (tertunduk)
Angin : Kau
melupakannya kawan? (memastikan) Bahkan ia sedetikpun tidak pernah melupakanmu.
Hujan :
(bersedih) Aku tahu kawan, aku tahu. Aku tahu ia selalu membisikkan dan
menyelipkan namaku di dalam doanya. Aku mendengar semuanya. Namun aku tidak
bisa menyapanya kawan, karena belum saatnya untuk aku menemuinya.
Angin :
Lantas, apa sekarang kau sudah bisa menemuinya kawan?
Hujan : Aku
tidak tahu, aku bingung bagaimana kembali memulainya kawan. Terpisah selama
beberapa bulan membuatku canggung di dekatnya.
Angin :
Ayolah kawan, bagaimana mungkin kau canggung di dekatnya? Bukankah kalian
berdua sudah saling mengenal?
Hujan :
(tertawa)
Angin : Aku
akan terus mendukung kalian. Aku berjanji akan menjadi saksi kawan.
Hujan : Kita
lihat nanti saja kawan, aku belum berani untuk memastikan.
Angin : Jangan
terlalu lama kawan, ia butuh kepastian (tersenyum)
Hujan : (mengangguk) Aku tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar