Hidup
itu terlalu rumit untuk dimengerti oleh anak kecil sepertiku. Oleh pemikiran
dan sifat kekanakanku. Aku masih terlalu polos dan tolol untuk mengerti apa itu
arti hidup. Begitu juga dengan “cinta”.
Cinta?
Banyak orang bodoh telah mengartikan dengan semena-mena arti dari kata “cinta”.
Orang-orang sok bijak yang selalu ingin dipandang dan dihormati. Mereka merasa
telah banyak makan asam garam hidup ini.
Ketahuilah,
“cinta” itu adalah satu kata sakral yang artinya tidak akan bisa untuk
diterjemahkan dengan pemikiran rasional. Karena “cinta” itu sendiri hanya akan
membuat seseorang menjadi buta, tolol, tidak rasional, bahkan “gila”. Sesuatu
yang bisa membuat seseorang berubah 180° apa bisa dengan mudahnya diartikan
sesuka hati?
Cinta?
Apa aku pernah jatuh cinta? Apa aku pernah merasakan cinta? Apa aku pernah
disentuh dan digapai cinta? Entahlah.
Sesuatu
hal yang tabu itu akan sulit untuk terdeteksi. Apalagi oleh anak lugu
sepertiku. Aku tidak akan pernah tahu kapan datang, bagaimana bentuk, dan apa rasa
dari cinta itu.
Satu hal
yang pasti, bagiku, “cinta” dapat diartikan menjadi suatu hal yang lain.
Cinta = Keluarga.
Saat ini, aku tidak akan membicarakan keluarga kandungku
yang sedang berada di Medan. Akan tetapi, aku akan bercerita tentang keluarga
baruku di IPB, Bogor. All crews @IPBJournalist. Tidak terkecuali.
Bagaimana bisa aku menganggap mereka sebagai keluarga?
Padahal kita baru saling mengenal sejak bulan Agustus lalu. Jawabannya, karena
aku tidak punya alasan untuk tidak menganggap mereka sebagai keluargaku.
Walau
terkadang ada saatnya aku merasa diacuhkan dan di-bully, tetapi aku juga sering merasa diperhatikan.
All
crews @IPBJournalist sudah pernah kujelaskan di posting-an sebelumnya. Bisa
dicek. Gak mungkin aku ulang lagi di sini.
Banyak
pelajaran berharga yang aku dapatkan sejak menjadi prajurit Public Relation, di bawah kepemimpinan
Kak @nadrez. Belajar tentang arti tanggung
jawab, pengorbanan, keluarga, dan lain-lain.
Sebenarnya,
Journalistic Fair adalah kepanitiaan terbesar yang pernah aku ikuti dan
ternyata rasanya menyenangkan bisa menjadi bagian dari “ini”. Tidak ada kata
menyesal hingga detik ini.
Aku bisa
mengenal banyak orang. Bahkan orang yang sebelumnya tidak mungkin pernah aku
kenal baik dengan sebuah ketidaksengajaan atau pun kesengajaan, tapi nyatanya
di sini aku bisa mengenal mereka.
So happy
to know them :D
“Kangen” dan “kapan?” adalah dua kata
yang paling sering kita ucapkan saat ini. “Kangen”
kalian semua. “Kapan(?)” kita bisa bertemu lagi?
Entahlah.
Aku tidak tahu jawabannya.
Menjadi
Mamen adalah sebuah hal paling mengagumkan dan mengesankan yang pernah aku
lakukan. Aku bisa mengenal dan dikenal banyak orang. Walau hanya dengan nama samaran,
tak apalah. Setidaknya, aku dan mereka pernah mengobrol akrab via mention di twitter.
So, here I am. Mala a.k.a Mamen.
Miss you all.