Minggu, 04 Januari 2015

Ayah ^^



            Hari ini aku berpikir mengenai banyak hal. Setelah aku mendengar kabar bahwa ayah dari adik kelasku di IPB (dulu satu kelompok waktu aku masih di Koran Kampus) meninggal dunia. Aku berpikir betapa kematian tidak memandang umur. Bagaimana kalau hal itu menimpaku? Aku masih belum mampu membayangkan harus kehilangan sosok yang sangat kusayang, walau aku masih sering membangkang.
            Ayah, sosok yang selalu ada saat aku merasa kesulitan, sosok yang selalu siap membantuku, sosok yang sering marah karena tingkah konyolku namun pasti akan selalu memaafkanku, sosok yang dengan tiada lelahnya akan terus mencari nafkah untukku, sosok yang tanpa kusadari telah bertambah tua dan semakin lemah fisiknya. Seseorang yang dulu kukira adalah manusia paling kuat telah berubah menjadi sosok yang sering linglung dan gopoh.
            Hingga hari ini pun aku belum mampu memenuhi semua harapannya dulu saat pertama kali melihatku dan merengkuhku dalam pelukannya. Kebanggaan yang pernah kuberikan padanya masih bisa dihitung dengan sebelah tangan. Masih banyak yang ingin kupersembahkan untuknya. Kelulusanku, gelar yang kusandang di belakang nama yang diberikannya, pekerjaan dengan gaji yang menjanjikan, kehidupan bersahaja.
            Banyak yang ingin kuberikan untuknya, tidak terhitung jumlahnya. Aku harap ini bukan hanya angan-angan belaka. Aku ingin setidaknya dia merasa bahagia telah membesarkanku dengan keringat dan kerja kerasnya. Anak yang membanggakannya.
            Sincerely.

Menulis itu Melegakan Hati dan Pikiran

Harusnya tulisan ini aku posting kemarin, tapi berhubung kemarin susah sinyal akhirnya malam ini baru di-publish ^^



          Setelah merasakan dan mengalami hal buruk pasti aku merasa tidak bisa berkonsentrasi pada sesuatu yang harus aku kerjakan selanjutnya. Aku hanya bisa melakukannya namun tidak lama kemudian aku akan lupa sedang apa aku saat itu. Selalu seperti itu. Berulang-ulang.
          Kemudian pasti ada rasa ingin meluapkan rasa tidak enak itu dengan melakukan sesuatu. Tidak cukup hanya berbagi kesedihan dengan teman-teman, karena menurut pengalamanku, sulit menemukan teman yang benar-benar mendengarkan dan membantu mencairkan suasana hati. Mereka ada hanya seperti sebuah formalitas belaka. Mereka hanya menjalankan kewajiban mereka sebagai teman, ada saat teman sedang susah namun hanya itu. Tidak jarang mereka hanya duduk, mendengarkan, lalu berbalik cerita mengenai masalah yang sedang dialaminya. Pada akhirnya, ceritaku pun berlalu begitu saja. Menguap tertiup angin, terlupakan.
          Hingga jemarikulah yang akhirnya mulai berbicara, berharap beban ini akan terlepas dan tertinggal jauh. Tidak peduli ada atau tidak orang yang akan membacanya karena setidaknya beban ini sedikit terangkat dari sesaknya hati dan pikiran. Dari sanalah aku temukan kekuatanku kembali.
          Ketika aku menulis, setidaknya aku bisa mencari sedikit kelegaan dengan segala kepenatan yang ada. Menulis adalah satu-satunya caraku untuk bercerita mengenai hidupku dengan leluasa karena aku tidak perlu mendengar pendapat orang lain mengenai itu.
          Walau aku tahu pada akhirnya akan ada setidaknya satu orang yang membaca tulisanku, tapi karena itu tidaklah menjadi sesuatu yang penting lagi jadi aku tidak akan begitu memikirkannya. Hanya kujadikan lelucon belaka. Kuharap itu lucu.
          Aku tahu hidupku tidak begitu menarik untuk disimak. Tidak banyak drama yang dapat dinikmati ataupun dicerca, namun inilah realita. Bukan roman picisan. Tidak pula banyak air mata yang dapat menghasilkan pundi-pundi uang, hanya berisikan doa dan kerja keras.
          Sama seperti yang telah kuungkapkan sebelumnya, saat ini pun perasaanku tidak begitu baik. Terima kasih untuk kalian yang telah membuat hatiku kecewa dan hariku buruk. Terima kasih. Semoga hari kalian menyenangkan. Sincerely.