Minggu, 30 Maret 2014

"Biarkan"


Source: physics-and-world.blogspot.com


Biarkan angin berhembus lembut di sekitar pepohonan. Agar dedaunan hijaunya menari dengan indah. Mengalahkan keindahan sinar mentari yang menyengat.

Biarkan dedaunan itu menari mengikuti ritme angin. Agar kumandang Adzan yang mengalun terobati pilunya tatkala sudah jarang orang yang mendengar seruannya.

Biarkan sinar mentari menyengat kulitmu. Agar kau tetap mengingat kuasa Allah Tuhan Semesta Alam.

Dan biarkan sinar mentari menyengat bumi. Agar siklus air bergerak lebih cepat. Sehingga menghasilkan rintik-rintik hujan yang selalu kunanti kehadirannya di sini.

Minggu, 23 Maret 2014

"Hujan dan Romantis"




Source: www.jurnalhajiumroh.com

Tiba-tiba aku ingin menulis tentang hujan.

Aku tidak tahu sejak kapan mulai menyukai hujan serta apa alasannya. Aku hanya suka memandangi butiran-butiran air yang jatuh dari langit tanpa jeda, aku hanya suka menghirup aroma tanah basah yang menentramkan pikiran, dan aku hanya suka mendengar dentuman air yang menghantam apa pun yang menghalangi langkahnya hingga masuk terserap tanah.

“I always like walking in the rain, so no one can see me crying.”
-Charles Chaplin-

Source: danbomurah.blogspot.com


Selain itu, Allah SWT juga telah menerangkan kepada kita mengenai hujan melalui Al-Quran jauh sebelum sains mampu menjelaskannya.

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum : 48)

Bukankah hujan itu indah? Bukankah hujan itu memiliki kekuatan untuk menghapus jejak-jejak mereka yang telah berlalu dalam hidup? Bukankah hujan itu mampu menghadirkan kembali cuplikan-cuplikan kenangan yang masih membekas di ingatan?

Bagiku hujan memiliki peranan penting. Karena tanpa hujan, aku tidak akan pernah bertemu denganmu.

Jumat, 21 Maret 2014

"Be Grateful"



Tidak akan ada ujungnya kalau kita terus melihat ke atas. Tidak akan pernah ada rasa puas dan rasa syukur terlintas di benak kita jika kita terus menengadah. Ingatlah bahwa di luar sana masih banyak orang yang merasa susah bahkan untuk makan sekalipun. Suatu hal yang tak jarang kita sia-siakan.

Bersyukurlah maka rezekimu akan dilipatgandakan oleh-Nya. Bersyukurlah dengan apa yang kau punya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7)

Tak ada salahnya jika sekali-kali kita menatap ke bawah. Layaknya kita sedang berada di pinggir danau yang airnya jernih dan kita sedang menatap hamparan air jernih tersebut. Bukankah kita akan melihat cerminan diri kita sendiri? Maka kau akan melihat betapa banyaknya nikmat yang telah diberikan-Nya pada kita.


Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Kerap ingatlah penggalan ayat dari Surah Ar-Rahman di atas. Penggalan ayat yang diulang sebanyak 31 kali dalam surah tersebut. Bergetarkah hatimu saat membaca surah tersebut, kawan?

Maka BERSYUKURLAH. Jangan pernah menyesali apa yang telah terjadi dan yang kini kau miliki!

Kamis, 20 Maret 2014

"Not HIM"



“Jangan dia,” ujar Mama tegas ditelfon. Belum apa-apa Mama sudah mewanti-wanti agar aku tidak dekat dengannya. Lebih tepatnya, jangan berhubungan. Entah apa yang membuat Mama berkata begitu. Mungkinkah karena ….

Ah, sependek itukah pemikiran Mama?

Mungkin memang benar apa yang dikhawatirkan Mama. Hanya saja apakah semuanya bisa diatur oleh kehendak manusia? Bukankah semuanya telah diatur oleh tangan Sang Pencipta?

Terima sajalah apa hasilnya nanti. Semua pilihan yang kita ambil pasti akan ada konsekuensinya. Dan tentu saja kita juga harus bertanggung jawab atas pilihan tersebut.

Ya, paragraf terakhir sebenarnya bukan hanya ditujukan untuk beliau, tetapi juga untuk diriku sendiri. Terima sajalah apa pun hasilnya nanti. Toh, semuanya sudah diatur oleh Illahi. Mau protes? Haha coba saja kalau berani. Karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk umatnya (^.^)

Rabu, 19 Maret 2014

Brotherhood

Capture: Mama

Mungkin sosok ini jarang kuceritakan, tapi sebenarnya dia adalah salah satu sosok yang mampu membuat hidupku lebih sempurna. Dika. Lengkapnya Andika Aulia. Adik yang hadir ke dunia setelah aku melalui fase bayi, batita, dan balitaku. Dia terlahir saat aku menginjak usia 6 tahun.

Adik yang saat dia masih kecil kuurus selepas pulang sekolah. Adik yang sering merepotkanku karena Papa enggan mengurusnya ketika Mama absen di rumah.
Tapi dia juga adalah Adik yang dengan setia menemaniku bermain setiap harinya. Adik yang dengan lucunya mampu membuatku tertawa, Adik yang dengan polosnya selalu kubuat menangis, dan masih banyak lagi.

Aku merasa berutang padanya karena semasa dia kecil dia sering kubuat menangis. Dengan tingkahku yang menyebalkan, aku sering mengganggunya hingga tak jarang pula Mama memarahi hingga menghukumku karena telah mengusik ketenangan di rumah.

Mungkin hal itu terjadi karena aku iri padanya. Dia adalah sosok yang ditunggu-tunggu kehadirannya di rumah sejak dulu hanya karena dia berjenis kelamin laki-laki. Ya, berhubung keluargaku bersuku Batak, otomatis kehadiran anak laki-laki sangat diharapkan. Ditambah lagi dia adalah anak terakhir. Lengkaplah sudah alasan mengapa dia sangat dimanja di rumah.

Aku mengulas tentangnya kali ini disebabkan oleh tulisan Papa di Facebook tadi pagi (tulisan Papa). Tanpa kusadari aku merasa bahwa sudah terlalu jauh jarak antara aku dan Dika sejak kepergianku ke Bogor dua tahun lalu. Aku semakin jarang berkomunikasi dengannya padahal aku hanya perlu mengetikkan beberapa tombol di layar handphoneku. Mungkin aku merasa gengsi. Entahlah.

Yang pasti aku sangat mengharapkannya tumbuh menjadi seorang pria tangguh yang tidak gentar dengan lingkungan sekitar. Karena dia adalah sosok yang akan menggantikan figur Papa di rumah. Dialah yang mengemban tugas untuk menjaga kami, para wanita. Ya, aku berharap dia tidak pernah salah langkah dalam hidupnya.

Satu pesanku untukmu Adikku, jadilah dirimu sendiri. Jangan mau dikekang oleh apa dan siapa pun. Raihlah semua yang kau inginkan dalam hidupmu. Jangan sampai menyesal, tapi jangan pula sampai melampaui batas. Tetap ingat agama dan keluarga. Tidak akan pernah ada tempatmu kembali selain kepada-Nya dan tidak akan pernah ada orang yang akan menerima semua kekuranganmu kecuali keluarga. Adikku, aku bangga padamu hingga detik ini. Kau pantas untuk kubanggakan karena sudah banyak yang kau raih dengan umurmu yang masih belia. Tidak sepertiku yang sangat terlambat membuat beliau bangga. At last, Ich liebe Dich, my brother :”)



Sabtu, 15 Maret 2014

Prisoner of You

Tertawan. Satu kata yang terinspirasi dari tulisannya Kak Azhar Nurun Ala di bukunya yang Ja(t)uh dan Tuhan Maha Romantis dan satu kata yang sedang menggantung manis di langit-langit kamarku malam ini.

Ya, satu kata yang tanpa sengaja meluncur manis dari bibirnya dan mampu menyesaki setiap tarikan napasku. Satu kata yang ikut terhirup masuk ke dalam paru-paruku dan mengisi setiap molekul-molekul darah di tubuhku. Satu kata yang saat ini tengah mengisi setiap inchi sel-sel tubuhku. Satu kata yang meresap masuk bahkan sampai ke atom-atom yang terdiri dari proton, neutron, dan elektron tubuhku.

Apa benar aku tertawan olehmu? Ah, entahlah. Jujur saat melihatmu aku tak merasakan apapun. Hanya rasa bahagia dan puas saat melihatmu dalam jarak dekat. Baik ketika kau sedang tersenyum atau bahkan termangu sekalipun.

Dan saat aku berbicara denganmu, aku grogi. Maka jangan heran kalau aku berusaha mempercepat obrolan kita atau bahkan mengelak. Aku tak sanggup harus menatap matamu. Cukup menatapmu dari jauh, aku sudah puas.

Tapi entah mengapa terkadang aku juga ingin mengobrol akrab denganmu melebihi saat kau mengobrol dengan dia. Maka tak heran terkadang tanpa kusadari aku menatapmu lekat saat kau sedang mengobrol dengan mereka. Aku memerhatikan caramu bicara, caramu tersenyum, caramu mengerjapkan mata, bahkan caramu bernapas. Aku tak pernah bosan memerhatikanmu. Tertawankah aku?

Ya, mungkin benar. Aku sedang tertawan olehmu. Olehmu yang bahkan tanpa kau sadari telah menawan hati seorang manusia lemah.