Tertawan. Satu
kata yang terinspirasi dari tulisannya Kak Azhar Nurun Ala di bukunya yang Ja(t)uh dan Tuhan Maha Romantis dan satu kata yang sedang menggantung manis di
langit-langit kamarku malam ini.
Ya, satu kata yang
tanpa sengaja meluncur manis dari bibirnya dan mampu menyesaki setiap tarikan
napasku. Satu kata yang ikut terhirup masuk ke dalam paru-paruku dan mengisi
setiap molekul-molekul darah di tubuhku. Satu kata yang saat ini tengah mengisi
setiap inchi sel-sel tubuhku. Satu kata yang meresap masuk bahkan sampai ke
atom-atom yang terdiri dari proton, neutron, dan elektron tubuhku.
Apa benar aku
tertawan olehmu? Ah, entahlah. Jujur saat melihatmu aku tak merasakan apapun. Hanya
rasa bahagia dan puas saat melihatmu dalam jarak dekat. Baik ketika kau sedang
tersenyum atau bahkan termangu sekalipun.
Dan saat aku berbicara
denganmu, aku grogi. Maka jangan heran kalau aku berusaha mempercepat obrolan
kita atau bahkan mengelak. Aku tak sanggup harus menatap matamu. Cukup menatapmu
dari jauh, aku sudah puas.
Tapi entah mengapa
terkadang aku juga ingin mengobrol akrab denganmu melebihi saat kau mengobrol
dengan dia. Maka tak heran terkadang tanpa kusadari aku menatapmu lekat saat
kau sedang mengobrol dengan mereka. Aku memerhatikan caramu bicara, caramu
tersenyum, caramu mengerjapkan mata, bahkan caramu bernapas. Aku tak pernah
bosan memerhatikanmu. Tertawankah aku?
Ya, mungkin benar.
Aku sedang tertawan olehmu. Olehmu yang bahkan tanpa kau sadari telah menawan
hati seorang manusia lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar