Selasa, 30 April 2013

My Little Note for You


Katanya cinta itu murni? Katanya cinta itu suci?

Hah, semua itu kan katanya. Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana cinta itu sebenarnya. Beberapa waktu lalu, aku baca di sebuah socmed yang sedang digandrungi oleh para remaja sekarang, tulisannya seperti ini:

Do you know 1400 years ago somebody loved you? You weren’t even born yet. He cried for you, asking Allah for your forgiveness. He wanted nothing less then Jannah for you. He had wives, children, friends and family who adored him, but it was your name he kept repeating, “Ya Ummati Ya Ummati” the definition of true love, our beloved Nabi Sallallahu alayhi wasallam

Menurutku, itulah cinta yang sesungguhnya. Bahkan disaat terakhir beliau, nama kitalah yang terus disebutnya. Akan tetapi, pernahkah kita ingat padanya barang sejenak? Entahlah, kalian bisa menjawabnya sendiri.

Aku heran dengan remaja zaman sekarang. Mereka dengan mudahnya bilang cinta, sayang, suka, sehingga terkesan mengobral. Sampai-sampai anak SD pun sudah mulai berpacaran. Halooo?? Bahkan aku yang sudah kuliah saja masih jomblo. Setahuku berpacaran itu dilarang agama. Haram hukumnya, teman. Apapun alasan kalian! Kalau mau lebih jelasnya, silahkan baca novel karangan Ustadz Felix Siauw yang “Udah Putusin Aja!”.

Pacaran itu banyak mudaratnya kalauku bilang. Buktinya, temanku pernah kabur dari asrama karena diputusin pacarnya. Temanku ada yang sampai menggores tangannya dengan jangka karena dicuekin pacarnya. Temanku ada yang nangis berhari-hari dan tidak mau makan karena ternyata pacarnya selingkuh, dan bla-bla-bla-bla.. Terlalu banyak kejadian mengenaskan yang terjadi akibat berpacaran.

Saat ini juga gitu, ada temanku yang selalu ngetweet galau hingga memenuhi isi timelineku hampir setiap hari. Aku bosan! Bukan berarti aku tidak setia kawan, aku hanya merasa dia bodoh. Mau saja diperbudak dan diperbodoh cinta -_- Sudah tahu kalau berpacaran itu akan menyebabkan banyak efek samping, seperti galau, patah hati, insomnia, tidak selera makan, malas belajar, ngabisin uang saku, dkk., tapi tetap saja berpacaran. Idih, itu bego atau oon sih?

Sudahlah, mending laksanakan dulu deh kewajiban kita sebagai seorang pelajar. Belajar yang benar, setelah lulus cari pekerjaan yang baik, dan pantaskan diri kita untuk dipilih dan memiliki jodoh yang juga baik (kata Pak Mario Teguh). Maksudnya, kalau kita ingin jodoh kita nantinya baik maka kita juga harus menjadi baik. Agar semuanya seimbang atau istilah kerennya tawazzun hehe..

Aku juga pernah mendengar bahwa cowok itu memilih cewek seksi atau yang menggoda untuk dijadikan pacar, tapi tetap saja ujung-ujungnya yang dijadikannya istri adalah wanita muslimah alias yang berhijab. Terlihat jelas di sini siapa yang dirugikan, wanita? Iya.

          Pernah ada pertanyaan begini, jika ada dua buah permen, yang satu bungkusnya dibuka dan satu lagi dibiarkan tertutup. Lalu keduanya dijatuhkan di atas pasir, maka permen mana yang kau pilih? Secara otomatis kau akan memilih permen yang masih terbalut bungkusnya, bukan? Nah, seperti itulah wanita yang berhijab. Tertutup bungkus alias hijabnya itu. Jadi, jangan malu, takut, ataupun ragu dalam berhijab. Lagian menutup aurat itu hukumnya wajib bagi seorang wanita muslim.

Tutup auratmu karena selangkah seorang anak gadis keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah pula ayahnya menuju api neraka. Kau mau ayahmu terjerumus ke api neraka hanya karena kau tidak mau menutup auratmu?

Aku menulis ini bukan berarti aku sudah benar dalam segala hal. Aku hanya ingin sharing tentang apa yang aku tahu. Aku melakukan ini juga hanya karena ingin mencari ridho Allah.

Sekian dariku untuk malam ini, Wassalamualaikum.

30 April 2013 (About Mentoring)


Assalamualaikum.

Seperti biasa, aku ingin bercerita tentang bagaimana caraku dalam menjalani hidupku. Hidupku yang sederhana dan bisa dibilang biasa saja. Hari ini adalah hari Selasa, jadwal kuliahku tidak terlalu padat. Tidak seperti kemarin yang jadwalnya gila-gilaan, mulai dari pagi hingga maghrib. Untuk duduk barang sejenak saja sulit bagiku.

Mata kuliah hari ini pun lumayan santai, Kalkulus dan responsi Bahasa Indonesia. Seharusnya aku masuk pagi jam 7, berhubung dosennya tidak bisa datang sepagi itu maka jam kuliah pun diundur menjadi jam setengah 8. Aku dan yang lain tidak masalah bahkan senang, berarti waktu tidur kami bertambah setengah jam, lumayan (haha).

Sorenya, aku ikut mentoring. Hari ini adalah hari pertama aku ikut mentoring. Sebenarnya semester lalu juga aku sudah pernah ikut majelis seperti ini, hanya saja namanya asistensi dan itu termasuk dari mata kuliah wajib. Mentoring itu kegiatan yang tidak terikat, tapi tetap dibutuhkan komitmen dalam mengikutinya. Insyaallah aku akan terus datang mentoring karena ilmu agamaku masih sangat kurang. Aku sadari itu. Lagian tidak ada ruginya, bahkan aku diajak kakak asuhku untuk membina adik-adik yang lain. Ingin sih menerima tawaran itu, tapi aku takut malah menyesatkan mereka nantinya hehe..

Mungkin masih ada yang belum tahu apa itu mentoring. Akan aku jelaskan sedikit tentang mentoring di sini. Buat adik-adik yang ingin masuk IPB, ada baiknya nanti setelah kalian diterima di sini ikut mentoring juga. Untuk memperdalam ilmu agama kalian. Yah, walaupun kalian sudah paham banget, tapi kan tidak ada salahnya. Lagian bisa saja kalian berbagi dengan yang lain, justru itu bisa menjadi amalan kalian, bukan?

Mentoring itu adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan agama Islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil. Diselenggarakan secara rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Tiap kelompok pengajian terdiri atas 3-10 orang, dengan dibimbing oleh seorang pembina atau biasa disebut kakak asuh (sumber: Wikipedia). Biasanya saat mentoring kita melakukan beberapa kegiatan, diawali dengan tilawah, lalu dilanjut dengan tausiyah, dan pemberian materi oleh pembina atau kakak asuh. Kita juga bisa melakukan tanya-jawab di sini, tidak masalah jika pertanyaannya tidak berhubungan dari materi. Bahkan kita juga bisa curhat masalah pacar, keluarga, pendidikan, atapun hal lainnya. Kegiatan ini jauh lebih bersifat positif dibandingkan jalan-jalan ke mall lalu shopping untuk menghilangkan penat. Bukan berarti kalian tidak boleh jalan-jalan dan shopping, hanya saja itu kan menghabiskan waktu, biaya, dan bersifat merugikan (bagi sebagian orang), tetapi jika melakukan mentoring kita juga bisa menghilangkan penat bahkan juga bisa mendapat jalan keluar dalam setiap masalah yang sedang kita hadapi. Baik hal dunia ataupun akhirat kita dapat.

Tidak perlu tunggu masuk IPB dulu atau universitas manapun untuk ikut mentoring. Kalian juga bisa melakukannya mulai dari sekarang. Tinggal bentuk satu kelompok yang terdiri dari beberapa orang dan mulai atur jadwal mentoring. Lalu laksanakan, simple kan?

Senin, 29 April 2013

29 April 2013


Assalamualaikum. Bagaimana kabar kalian semua?

Aku ingin bercerita tentang hari ini. Alhamdulillah kuis Ekonomi Umum sudah berlalu dan semoga saja R02.2 mendapat hasil yang maksimal semua, aamiin. Yah, walau soalnya cukup berbeda dengan tugas essay, padahal kata kakaknya soalnya bakal mirip (-_-), tapi tak mengapa toh semua sudah berlalu juga. Tinggal berdoa aja agar nilai akhir nanti kita semua bisa mendapat nilai A, aamiin.

          Oyah, tadi pagi aku telat bangun. Untuk pertama kalinya sejak aku menginjakkan kaki di Bogor, aku telat bangun untuk kuliah. Kebetulan aku tidur pukul 01.06 WIB (kalau gak salah) tadi pagi, mungkin karena kelelahan aku tidur sangat pulas hingga tidak menyadari bahwasanya langit Bogor sudah cerah. Temanku, Ika, membangunkanku dengan gayanya yang lembut.

          “Mala gak mandi?” Samar-sama kudengar pertanyaannya, tapi langsung kusahut.

          “Memangnya ini udah jam berapa?” kutanya balik dia sambil aku berbalik posisi tidur. Maklum , nyawaku belum terkumpul maksimal.

          “Ini jam setengah 6,” jawabnya.

          Oke, masih sangat pagi, pikirku. Aku kuliah pukul 7 pagi. Masih banyak waktu yang kumiliki. Maka aku hendak tidur lagi, tapi entah mengapa mataku tak mau terpejam. Akhirnya, aku bangkit berdiri dan hendak menge-tag kamar mandi (kebiasaan khas asrama). Ternyata semua kamar mandi sudah FULL, akhirnya aku balik ke kamar, tak lupa kuletakkan alat-alat mandiku di depan pintu kamar mandi, tanda bahwa bilik kamar mandi itu sudah jadi hakku nantinya setelah orang yang sedang mandi itu keluar (itulah kebiasaan asrama yang kumaksud).

          Sampai di kamar, kuhidupkan smartphoneku dan mulai browsing di internet. Segala macam socmed yang kupunya, kubuka satu-satu. Melihat kabar terbaru. Hingga tak sengaja kulihat jam yang ada di layar handphoneku. 06.28 WIB. Jantungku serasa berhenti berdetak, okay aku agak mendramatisir memang. Yang pasti, aku langsung panik. Kuletakkan handphoneku begitu saja di atas meja dan aku langsung membongkar isi lemari mencari pakaian yang akan kupakai untuk kuliah. Secara otomatis, isi lemariku yang memang sudah berantakan berubah menjadi lebih lebih lebih berantakan lagi. Ditambah tempat tidurku yang juga menjadi korban kepanikanku. Segala baju dan jilbab tergeletak tak beraturan di sana. Setelah kutemukan baju yang sangat simple alias kaos, aku pun berlari ke kamar mandi. Mandi seadanya yang hanya memakan waktu 5 menit. Ah sudahlah, yang penting bersih dan wangi.

          Selesai mandi, aku langsung berlari ke kamar dan kutegur Ika karena telah salah memberikan informasi. Hampir saja aku telat (ckck), tapi aku tak jadi marah karena temanku yang lain, Kiki, yang sudah bangun dari tadi ternyata juga belum mandi (hahaha). Dia langsung lompat dari kursi dan segera berlari ke kamar mandi. Kami sama-sama masuk jam 7 pagi. Aku kira dia sudah mandi dan lagian aku juga sedang panik. Keegoisanku bertambah berlipat-lipat.

          Setelah sudah rapih, aku langsung berangkat kuliah. Kutinggalkan tempat tidurku yang berantakan. Maklum tidak ada waktu lagi, toh nanti sepulang kuliah masih bisa kan (hehe).

          Akhirnya, sampailah aku di kelas dengan selamat tanpa perlu berlari seperti di semester 1 kemarin.

          Sebenarnya aku masih kesal dengan Ika, tapi aku juga berterima kasih padanya. Masih untung dia mau membangunkanku walau hampir saja membunuhku. 

Bogor, 29 April 2013

Bersyukurlah !


Iri ...
Satu kata yang menggambarkan kurangnya rasa syukur
Satu kata yang bisa membuat sebuah hubungan hancur
Satu kata yang saat ini sedang menggerogoti hati dan pikiranku
Aku tidak tahu mengapa aku begini
Setan apa yang telah merasukiku?
Aku iri pada mereka yang memiliki paras cantik
Aku iri pada mereka yang mendapat nilai sempurna
Aku iri pada mereka yang memiliki bakat
Aku iri .. Aku iri .. Aku iri ..
Tuhan, dosakah aku jika merasa iri?
Kurangkah rasa syukurku pada semua karunia dan rahmat-Mu ?
Tuhan, tolong aku ...
Jauhkan aku dari semua rasa dan pikiran busuk ini
Aku takut pada murka-Mu
Bantu aku agar menjadi manusia yang lebih bersyukur, Ya Allah
Halangi pandanganku ke atas
Tundukkan kepalaku agar aku hanya melihat ke bawah
Ingatkan aku bahwa aku masih lebih beruntung dibanding mereka, Ya Allah
Ingatkan aku bahwa sia-sia saja jika aku terus merasa iri pada mereka
Karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna
Tidak ada jalan kehidupan yang mudah
Hidup itu seperti roda
Ada saat kau berada di atas dan ada pula saat di mana kau berada di bawah
Tidak perlu repot-repot menjadi orang lain
Karena bisa saja sesungguhnya orang lain itu ingin menjadi dirimu

Minggu, 28 April 2013

28 April 2013


Saat ini aku masih terjaga. Begitu pula dengan kedua teman sekamarku. Kami masih berkutat dengan buku kuliah masing-masing. Seharian ini aku tak hentinya menguras otak. Mulai dari Ekonomi Umum di pagi hari hingga Kalkulus di sore hari. Malam ini pun aku masih lanjut mengerjakan tugas Ekum, ditambah belajar untuk kuis besok.

          Tak masalah buatku jika harus menjalani semua rutinitas ini karena memang sudah kewajibanku sebagai seorang pelajar. Ya, aku masih harus banyak belajar. Masih banyak ruang kosong di otakku yang belum terisi. Tidak hanya dalam hal akademis, aku juga harus belajar dalam hal lainnya. Contohnya, soft skill.

          Hem, seharusnya aku sedang mengerjakan tugas saat ini, tapi aku merasa sedikit jenuh melihat topik PPS (Pasar Persaingan Sempurna) dan Pasar Monopoli. Andai saja tugas ini kukerjakan seminggu yang lalu, maka aku takkan serepot ini sekarang.

          Salahku memang, tapi waktu tidak bisa diulang, bukan?

          Baiklah, sampai di sini malam ini. Aku mau melanjutkan mengerjakan tugas terstruktur bab 9.

          Good night, all !

Jumat, 26 April 2013

Tersesat di Jalan yang Benar


Sebenarnya masuk ke Jurusan Ekonomi itu tidak pernah terlintas di benakku. Menyukainya pun tidak. Sejak SMP aku sudah anti saat mendengar kata ekonomi. Lebih parahnya lagi saat aku berada di kelas 10. Aku bahkan sudah lupa nama guru ekonomiku, sebagai informasi saja beliau sudah kembali pada-Nya. Entah beliau yang terlalu jenius saat mengajar atau aku yang terlalu bodoh untuk bisa memahami pelajarannya, aku tidak tahu. Yang pasti aku tidak pernah mengerti apa yang dikatakannya.

          Ada satu kejadian yang membuatku semakin tidak menyukai Ekonomi bahkan juga gurunya. Gaya guruku saat mengajar sedikit melambai, mungkin itu yang membuat teman-temanku menganggap remeh beliau. Sehingga saat beliau mengajar, anak cowok yang duduk di belakang tidak memperhatikan dan hanya mengobrol dari awal masuk. Beliau sepertinya jengah hingga dia melempar spidol yang sedang digenggamnya ke arah belakang. Sayangnya, beliau tidak mempunyai bakat dalam hal lempar-melempar. Aku yang kebetulan duduk di arah jalur lemparan beliau menjadi korban. Saat itu tanganku yang sedang menopang kepalaku terkena lemparan spidolnya. Refleks aku teriak, selain karena sakit, aku juga shock. Tahu apa yang dilakukan beliau? Beliau hanya diam saja dan sepertinya pura-pura tidak tahu. Aku semakin kesal dan geram di situ, tapi apa boleh buat. Murid tak punya kuasa dihadapan seorang guru. Itulah beberapa alasanku mengapa tidak menyukai ekonomi.

          Mengapa aku bisa masuk Departemen Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan? Papa. Iya, papalah alasan mengapa aku berada di sini sekarang. Beliau yang memilihkan jurusan ini untukku. Saat aku sedang bingung hendak memilih jurusan apa, papa memberiku beberapa pilihan dan termasuk ESL. Sebenarnya, pilihan pertamaku jatuh pada Ilmu Gizi dan yang kedua Agribisnis. Sayangnya, kedua pilihanku itu terlalu banyak peminatnya, sedangkan kuotanya hanya sedikit. Papa bilang aku bunuh diri jika tetap keukeuh mengambil kedua departemen itu. Akhirnya, aku mengalah dan memilih Agribisnis sebagai pilihan pertama dan ESL sebagai pilihan kedua.

       TARA..!!

          Sepertinya aku benar-benar berjodoh atau malah kena karma? Entahlah, yang pasti saat ini aku sedang belajar untuk menyukai ekonomi karena ternyata aku lulus dipilihan kedua. ESL (Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan). Prodi baru yang aku sama sekali buta tentangnya. Selain karena hanya ada di IPB, prodi ini juga baru saja dibentuk, yaitu pada tahun 2006. Bahkan ada juga kakak-kakak senior (dari fakultas berbeda) yang tidak tahu kepanjangan ESL. Agak kesal memang karena prodiku tidak begitu dikenal, tapi tak apa karena walau termasuk baru prodiku sudah berakreditasi A dan tahun lalu wisudawan cumlaude kebanggaan fakultasku berasal dari ESL. Prestasi yang cukup membanggakan bukan? Tak perlu waktu lama bagi prodiku untuk mendapat beberapa prestasi membanggakan itu.

          Hem, terkesan sombong? Aku tidak bermaksud. Aku hanya ingin mempromosikan prodiku karena menurutku tahun ini peminatnya masih sedikit. Lagian tidak ada yang dirugikan, kan?

          Hingga akhirnya, aku merasa aku tersesat di jalan yang benar, begitu istilah yang sering dipakai di sini. Mengapa? Karena aku punya teman-teman sedepartemen yang menyenangkan dan juga dosen-dosen yang santai. Itu kata seniorku sih, aku tidak tahu pasti karena aku masih berada di TPB sekarang. Masih dicampur dengan departemen lain walau masih satu fakultas. Juga tak lupa, kalau fakultas kami tidak ada praktikumnya, jadi tidak perlu repot-repot buat laporan atau pun raker setiap malam (haha maaf yaa teman-teman non fem dan fema [ex: gizi]).

          Intinya, sukailah semua pelajaran bahkan gurunya juga, jika tidak ingin mengalami kejadian yang sama sepertiku. Tersesat di jalan yang benar atau kena karma? Beda tipislah.

My Obsession


Kegilaanku akan membaca sempat terhenti sejak aku menginjakkan kaki di kelas 2 SMA. Aku lupa tepatnya mengapa kebiasaanku membaca berhenti begitu saja. Yang pasti saat ini, aku seperti orang gila menghunting novel ke mana-mana. Bahkan saat ini aku sedang mengejar 7 novel sekaligus. Apa yang merasukiku hingga segila ini? Aku tidak tahu.

Ke-7 novel yang saat ini sedang kuincar adalah:
1. Analogi Cinta Sendiri (Oka)
2. A Very Yuppy Wedding (Ika Natassa)
3. Divortiare (Ika Natassa)
4. Antologi Rasa (Ika Natassa)
5. Twivortaire (Ika Natassa)
6. Raksasa dari Jogja (Dwitasari)
7. Cerita Cinta Kota (Dwitasari dkk.)


          Satu hal yang menghalangiku untuk membeli semua novel yang kuinginkan, biaya. Iya. Baru saja aku membeli sebuah novel hari ini, novel karangan Ustadz Felix Siauw yang berjudul “Udah Putusin Aja!” Novel yang memang sudah kuincar sejak beberapa minggu lalu. Seandainya aku sedang berada di Medan, tentu saja akan sangat mudah bagiku untuk mendapatkan semua targetan novel yang kuinginkan. Sayangnya waktu dan sikon tidak berpihak padaku. Saat ini aku sedang berada di kota hujan, Bogor, menuntut ilmu di kampus yang cukup bergengsi di Indonesia, Institut Pertanian Bogor.

          Begitu kuat keinginanku untuk dapat membeli ke-7 novel tersebut, tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Kecuali bersabar, menunggu tabunganku mencukupi atau bahkan menunggu hingga aku pulang ke Medan. Seorang mahasiswi dan juga anak rantauan sepertiku sangat rentan jika menyangkut masalah biaya. Banyak keperluan yang kubutuhkan, mulai dari hal kecil hingga besar. Mulai dari makan, pulsa, keperluan kuliah, hingga budget untuk have fun.

          Saat ini, aku ingin membalas dendam untuk hobi membacaku yang sempat terhenti beberapa tahun belakangan. Aku sudah sangat ketinggalan informasi perihal novel best-seller. Padahal dulu saat aku masuk ke sebuah toko buku, rasanya hampir semua novel di sana sudah pernah kubaca. Akan tetapi, sekarang, saat aku masuk ke sebuah toko buku, aku bisa saja tersesat. Maaf, aku sedikit bermajas hiperbola.

          Lihat saja, entah sampai kapan aku harus bersabar dan menunggu untuk bisa memiliki ke-7 novel itu. Setidaknya, saat ini keinginanku untuk terus membaca dan menulis terus membara, tak teredamkan.

Bogor, 26 April 2013

Kamis, 25 April 2013

Failed for Getting a Boyfriend


Beberapa waktu yang lalu, aku memanggil orang dengan sebutan “Kakak”, tapi sekarang malah aku yang dipanggil dengan sebutan “Kakak”. Berasa tua padahal masih 18 menuju 19 tahun.

Aku heran dengan anak zaman sekarang, masih sekolah, tapi sudah sangat update perihal media social-media social gaul baru (tempat kumpulnya anak muda) yang ada di Indonesia. Sedangkan aku yang sudah menginjak semester 2 hanya tahu beberapa media social saja.

Semalam aku register di satu media social baru dan itu tempat ngumpulnya anak muda-anak muda Indonesia. Berhubung aku masih merasa sangat muda, akhirnya kuputuskan untuk mendaftar di sana. Untuk mendaftar saja aku sempat kerepotan, entah karena aku gaptek (gagap teknologi) atau internetnya yang memang lagi lola (loading lama).

Setelah aku bisa masuk, aku mulai mengecek apa aja sih konten yang disediakan di sana. Ternyata sudah banyak member di sana dan aku merasa sangat ketinggalan informasi perihal ini. Salah satu konten di sana adalah chat. Aku mulai chat dengan beberapa teman baru, kami chat model group. Perkenalan seperti biasa, tak lupa follow-follow dengan mereka.

Lalu mulailah terjadi hal-hal mengejutkan di sana. Hal mengejutkan yang pertama adalah aku dipuji oleh seseorang cantik haha:D Yah, seperti gadis kebanyakan, ketika dipuji cantik maka akan… tahu sendirilah jawabannya apa. Lanjut ke hal mengejutkan kedua, yaitu seseorang yang bilang kalau aku cantik, ngajak chat personal. Artinya hanya dia dan aku. Oke, aku ladenin saja. Mulai ngobrol seperti biasa, tanya asal bla-bla-bla. Sampai akhirnya aku mulai penasaran, ini anak udah kuliah atau masih sekolah yah?

Kutanya dia, “Kamu sekolah atau kuliah?” kutunggu balasannya.

“Sekolah. Kalo kamu?”

“Kuliah semester 2,” jawabku mulai berasa tua nih.

“Panggil kakak dong,” ujarnya. Jujur aku mulai gak senang. Dari dipuji cantik secara tersurat, sekarang malah dikatai tua secara tersirat.

“Emang kamu sekolah kelas brp?” tanyaku lagi.

Dan jawabannya amat sangat sekali banget “MENGEJUTKAN”. Itu sampai aku bold-in dan pake capslock saking mengejutkannya.

“Sekolah kelas 3 SMP.” WAW, parah. Jadi, aku tadi dipuji cantik sama anak kelas 3 SMP? Hahaha, langsung ngerasa bego sendiri.

“Serius?” aku masih tidak percaya. Kelihatan dari fotonya sih udah gede atau emang badannya yang boros? Hehe

“Serius,” balasnya. Hem, ya sudahlah. Gagal PDKT.

Arti dari Seorang Teman


Sebenarnya aku seorang anak yang easy going, mudah bergaul dengan siapa saja. Tapi, di lain waktu aku bisa berubah menjadi anak yang sangat pendiam dan tertutup. Jika sedang berada di hadapan orang yang baru dikenal, secara refleks mulutku terkunci rapat dan pandanganku langsung jatuh ke lantai. Aku juga tidak menginginkan hal itu tentu saja, tapi apa mau dikata.
Seorang teman sekolahku pernah berkata, “Kau akan pergi merantau beberapa bulan lagi, jadi kau harus merubah sifat dan sikapmu itu, kau tahu?” Aku hanya menatapnya bingung. Seolah tidak ingin membalas perkataannya tersebut.

“Ya, dengarkan aku dulu. Aku hanya tidak ingin kau tidak punya teman di sana. Aku peduli padamu, walau kau selalu mengacuhkan kehadiranku,” dia kembali berujar. Kulihat wajahnya, terlihat raut wajah khawatir dan sedih di sana.

“Baiklah, apa yang ingin kau katakan?” aku tidak tahan melihat ekspresi sedih di wajahnya.

“Kau tahu sifat jelekmu itu apa?” Karena aku hanya menggeleng pelan, dia kembali melanjutkan perkataannya, “Kau itu tipe orang yang tidak suka menyesuaikan diri, tetapi orang lainlah yang kau paksa untuk menyesuaikan diri denganmu. Kau tahu itu?”

“Ah, sudahlah. Hentikan perkataan omong kosongmu itu. Aku tidak mau mendengarnya lagi. Kau pergilah. Ini bukan bangkumu!” aku berkata dengan ketus padanya. Ya, aku bersikap seperti ini hanya kepada orang-orang tertentu saja, termasuk kepada pria menyebalkan yang sedang duduk di sebelahku saat ini. Dia adalah pria yang suka tebar pesona kepada setiap gadis di seluruh penjuru sekolah. Tapi, entah kenapa perkataannya barusan begitu mengena di hatiku. Aku merasa tersindir, apa memang begitu sifatku? Kalau memang begitu sifatku, maka tak heran aku hanya memiliki beberapa teman saja selama bersekolah 3 tahun di sekolah ini.

Edu, si pria menyebalkan, hanya menghela napas pelan lalu bangkit berdiri.

“Aku telah memberitahumu yang sebenarnya. Semoga kau berubah di sana, dan maaf jika aku telah menyinggung perasaanmu. Aku hanya peduli padamu karena kau temanku.”

Aku membuang muka, dan tetap mengacuhkan perkataannya. Ya, memang benar, aku agak sedikit tersinggung dengan perkataannya barusan. Tapi, juga merasa bersyukur ada orang yang begitu peduli dan mau bersikap terbuka padaku. Itulah arti dari teman yang sebenarnya. Jujur, terbuka, dan peduli. Saat ini, aku merindukannya.

Rabu, 24 April 2013

Untuk Temanku, 392


Hari ini aku genap menginjak usia 19 tahun. Aku tidak mengharapkan apa pun karena aku tidak ingin membebani siapa pun. Hanya doa yang kuminta dari setiap orang yang mengenalku bahkan orang yang tidak kukenal. Doa yang berisi kata-kata indah, seperti Semoga panjang umur, Murah rezeki, Cepat lulus kuliah, dan lain-lain. Layaknya doa ulang tahun seperti biasa.

Di sini aku ingin bercerita, beberapa minggu yang lalu, aku dan temanku sedang tidak dalam kondisi yang baik, alias kami lagi tidak enakan satu sama lain. Aku tidak mengharapkan apa pun darinya bahkan ucapan selamat pun tidak, berhubung kami sedang berantem. Akan tetapi, alangkah terkejutnya aku ketika subuh tadi, dia dan teman sekamarku yang lain membangunkanku sambil menyanyikan lagu “Happy Birthday To You”. Dia yang memegang kue dan temanku yang lain memegang kado bergambar Hello Kitty. Aku terdiam sejenak, selain karena pusing baru bangun, rasa kaget, dan rasa haru bercampur menjadi satu di diriku.

Aku malu pada diriku sendiri, kenapa selama ini aku terlalu gengsi untuk mengajaknya berbaikan duluan hanya karena aku merasa dirikulah yang BENAR. Aku tidak pernah mencoba untuk melihat masalah ini dari sisinya, dari sudut pandang lain. Aku terlalu egois karena hanya memikirkan harga diriku saja.

Jujur saat aku bangun pagi tadi, rasanya seperti sedang bermimpi. Dia yang telah pergi selama beberapa minggu sejak “insiden” itu kembali lagi ke kamar ini sambil menyanyikan lagu ucapan selamat untukku. Hanya untukku.

Teman, maafkan aku. Maaf karena selama ini aku hanya memikirkan diriku saja. Maaf karena aku tidak pernah mencoba mengerti perasaanmu. Maaf karena aku belum bisa menjadi teman yang baik untukmu, untuk kita.

Kata-kata indahmu di kado itu telah menyadarkanku. Kau menuliskan “Happy Birthday. Sukses selalu. Semoga tambah umur dan tambah dewasa. Hidup itu BUKAN tentang KAMU..tapi tentang KITA”.

Teman, terima kasih karena engkau telah memberikan pengharapanmu untukku. Terima kasih karena engkau telah mau mendoakanku yang telah bersikap tidak baik selama ini.
Dan, TERIMA KASIH karena engkau TETAP menjadi TEMANKU sampai detik ini. Aku bersyukur telah bertemu dengan orang sepertimu. Aku bersyukur telah mengenal orang sepertimu. Aku bersyukur pernah menjadi bagian dari hidupmu. Entah sampai kapan persahabatan ini akan kita pegang teguh? Aku tidak tahu. Entah sampai kapan engkau akan sabar menghadapiku? Aku juga tidak tahu. Yang jelas, aku minta maaf untuk kebodohanku selama ini. Untuk ketidakpedulianku padamu. Untuk kesalahanku telah menyia-nyiakan waktu kita bersama selama di asrama. Untuk keegoisanku hingga membuatmu keluar dari sini walau kutahu engkau juga sudah tidak tahan berada di sini, tapi aku tetap merasa bertanggung jawab atas itu.

Teman, semoga di masa yang akan datang kita tetap bersama. Semoga kita bisa berdiri di podium yang sama 3 tahun lagi dan memakai toga yang sama pula, lalu kita akan saling memberi selamat satu sama lain.

Ucapan terima kasihku yang kulontarkan pada kalian beberapa saat lalu, mungkin belum bisa menginterpretasikan rasa bahagia yang kurasakan. Hingga tercetus di benakku untuk menulis sesuatu yang bisa mewakili perasaanku yang sebenarnya. Teman, aku berharap kalian mau menyempatkan waktu untuk membaca tulisan ini karena aku telah menuangkan semua perasaanku di sini. Maaf jika agak berlebihan, tapi aku tidak punya pilihan lain selain menulis seperti iniJ
Bogor, 27 maret 2013
Nurmala Fitri S.
Teruntuk temanku:
Gedung A3/Lorong 9/Kamar 392
Ike Marta Fransiska
Ika Pertiwi
Rizqy Murdiana Nst.

Aku BISA Lebih Baik Darimu



Melihat sikap dan sifatmu yang menyiratkan kesombongan membuatku gerah
Dan kesoktahuanmu itu juga membuatku jengah
Kau terus saja meremehkanku
Kau juga hanya manusia biasa yang TIDAK SEMPURNA, kawan
Tapi mengapa hanya kekuranganku yang kau lihat?
Tidakkah kau merasa kau juga punya banyak kekurangan?

Asal kau tahu, orang cerdas itu kalah dengan orang beruntung
Terserah kau mau memilih yang mana

Aku tidak memaksamu untuk menerimaku sebagai temanmu
Kau juga tidak memaksaku untuk menjadi temanmu
Waktulah yang mempertemukan kita
Mungkin Tuhan memilihkan takdir ini untuk kita
Agar kita bisa saling mengerti
Bahwa manusia itu diciptakan dengan KEUNIKANnya masing-masing
Setiap anak terlahir dengan KEMAMPUAN dan KEISTIMEWAAN masing-masing
Tidak bisa kau judge dia dengan hanya sekali lihat
Kau tidak punya hak untuk menghentikan usahanya

Temanku sayang,
Biarkan temanmu ini terus mencoba
Biarkan AKU terus mencoba untuk mencari jati diriku
Untuk menjadi diriku sendiri
Dan biarkan aku terus mencoba untuk membuktikan pada dunia
Bahwa AKU BISA LEBIH BAIK DARIMU
Bogor, 31 Maret 2013

I Think It's Love


Salahkah aku menyukaimu?
Mengapa kau terus mempermainkan perasaanku?
Aku tahu aku masih terlalu kecil untuk itu
Tapi aku tak bisa terus-terusan memendam rasa ini untukmu
Cinta terpendam hanya akan berakhir menyakitkan setahuku
Kau tahu betapa aku lelah dengan ini semua
Setiap hari kita bercanda gurau tak tahu arah dan tujuan
Mungkin kau terlalu dewasa untukku
Jarak usia kita terpaut sangat jauh
Tapi tak mengapa buatku
Asalkan aku bisa bahagia bersamamu
Terimalah aku
Aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu
Tak akan kusia-siakan kesempatan yang kau berikan
Tapi ternyata kau sudah memiliki dia
Sosok yang sedang mengisi relung jiwamu
Aku tidak tahu itu siapa
Sudah berulang kali kutanyakan padamu
Tapi hanya cemoohan yang kudapatkan
Aku tidak tahu lagi harus bagaimana
Berbagai kode sudah kuberikan padamu
Kode bahwa cinta itu ada
Entah kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu
Kau masih saja bersikap sama
Menggodaku dengan berjuta kata
Sayangnya gombalanmu itu tidak hanya ditujukan padaku
Tetapi kepada setiap gadis yang kau kenal
Aku hanya bisa bersabar menunggumu di sini
Menunggu sampai akhirnya kau menyadari
Bahwa aku mencintaimu, K
Bogor, 16 April 2013

I Love You, D


Aku muak. Sungguh aku muak.
Tapi aku bisa apa?
Aku cuma seorang gadis kecil yang tak memiliki kuasa atas apapun
Bahkan untuk menafkahi diriku sendiri pun aku tak mampu
Aku masih sangat tergantung padamu
Tapi aku sudah muak
Aku muak dibesarkan di keluarga kecil yang tampak bahagia dari luar
Sedangkan terdapat derita di dalamnya
Untuk apa semua materi itu?
Untuk apa semua gelar itu?
Untuk apa semua pujian itu?
Kalau iman saja kita tidak punya
Kalau rasa syukur saja tidak pernah kita ucapkan
Untuk apa semua itu?
Perlukah kuteriakkan pertanyaan itu berulang kali di depanmu?
Karena sepertinya kau tidak pernah sadar wahai saudara
Kau terus saja mengejar hal duniawi
Tapi kelak tak akan ada yang kau dapatkan di akhirat
Jadi untuk apa kau hidup kalau begitu?
Bukankah hidup ini hanya sebagai media untuk bisa mendapat bahagia di akhirat kelak?
Hidup ini hanya sementara, Bung
Semua hal duniawi yang kau kejar dan yang sudah kau dapatkan sekarang itu tak akan kau bawa mati nantinya
Bahkan tanpa kau sadari bisa saja itu semua hilang dalam hitungan detik
Sudahlah, lupakan semua hal itu
Kembalilah kau pada jalan yang benar
Tunggu.. Aku bukan mengajarimu
Aku sadar, gadis kecil sepertiku sangat tidak pantas melakukan itu padamu
Aku hanya ingin menyadarkanmu
Karena aku sayang padamu
Sangat menyayangimu hingga kutumpahkan air mataku yang berharga ini untukmu
Hanya untukmu
Tanpa kau sadari, aku berdoa setiap hari sambil menyebut namamu
Tak ada nama lain kusematkan di setiap doaku kecuali namamu
Karena aku tahu, hanya hal itu yang bisa kulakukan untukmu
Untukmu yang sangat kucintai dan juga mencintaiku
Bogor, 14 April 2013