Hari
ini aku berpikir mengenai banyak hal. Setelah aku mendengar kabar bahwa ayah
dari adik kelasku di IPB (dulu satu kelompok waktu aku masih di Koran Kampus)
meninggal dunia. Aku berpikir betapa kematian tidak memandang umur. Bagaimana
kalau hal itu menimpaku? Aku masih belum mampu membayangkan harus kehilangan
sosok yang sangat kusayang, walau aku masih sering membangkang.
Ayah,
sosok yang selalu ada saat aku merasa kesulitan, sosok yang selalu siap
membantuku, sosok yang sering marah karena tingkah konyolku namun pasti akan
selalu memaafkanku, sosok yang dengan tiada lelahnya akan terus mencari nafkah
untukku, sosok yang tanpa kusadari telah bertambah tua dan semakin lemah
fisiknya. Seseorang yang dulu kukira adalah manusia paling kuat telah berubah
menjadi sosok yang sering linglung dan gopoh.
Hingga
hari ini pun aku belum mampu memenuhi semua harapannya dulu saat pertama kali
melihatku dan merengkuhku dalam pelukannya. Kebanggaan yang pernah kuberikan
padanya masih bisa dihitung dengan sebelah tangan. Masih banyak yang ingin
kupersembahkan untuknya. Kelulusanku, gelar yang kusandang di belakang nama
yang diberikannya, pekerjaan dengan gaji yang menjanjikan, kehidupan bersahaja.
Banyak
yang ingin kuberikan untuknya, tidak terhitung jumlahnya. Aku harap ini bukan
hanya angan-angan belaka. Aku ingin setidaknya dia merasa bahagia telah
membesarkanku dengan keringat dan kerja kerasnya. Anak yang membanggakannya.
Sincerely.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar