Seorang putri duduk diam membisu
memerhatikan ibunya, sang ratu, sedang sibuk memainkan penanya di atas sebuah
kertas usang yang mengaurkan wewangian lavender. Si putri kecil hanya duduk
mematung di balik pintu kamar utama sambil menepuk-nepuk boneka kuda poni
berwarna ungu yang dimilikinya. Dia tidak mengerti mengapa sang ibu selalu
berada di kamar akhir-akhir ini dan tidak pernah lagi mau bermain bersamanya.
“Apakah
karena aku menyebalkan?” tanya si putri kecil pada kuda poni miliknya.
Namun
tentu saja si kuda poni hanya diam dan tak menjawab pertanyaan lugu si putri
kecil.
Si
putri kecil masih duduk di sana hingga sang ibu selesai menulis surat yang
entah dituju pada siapa. Sang ratu memergoki putri kecilnya yang sedang
bermonolog dengan boneka kesayangannya, si kuda poni.
“Hai
sayang. Apa yang sedang kau lakukan di sana?” tanya sang ratu sambil membelai
pelan rambut putri kecilnya.
“Hanya
duduk saja, ibunda. Apa yang tadi ibunda tuliskan di kertas itu? Mengapa
sepertinya sangat menyenangkan menulis, ibunda?” tanya si putri kecil
penasaran.
“Menyenangkan?
Mengapa kau bertanya seperti itu, sayang?” tanya sang ratu sambil menarik
lembut lengan sang putri untuk diajak ke dalam kamar.
“Iya.
Ibunda tadi menulis sambil tersenyum-senyum. Apa yang ibunda tuliskan di sana?
Bolehkah aku membacanya ibunda?” cecar si putri kecil.
Sang
ratu tersentak dan sedikit gugup sebelum akhirnya menjawab, “Tidak sayang. Ini
hanya pesan yang akan ibunda sampaikan pada teman ibunda di negeri seberang.
Kau tidak akan mengerti,” jawab sang ratu lembut sambil menyelipkan surat
miliknya ke dalam kantung gaunnya.
“Kalau
begitu maukah ibunda bermain bersamaku? Sejak tadi pagi aku tidak bisa bertemu
dengan ibunda karena ibunda selalu asik menulis pesan-pesan itu,” ajak si putri
kecil memelas.
“Baiklah.
Ayo kita bermain. Apa yang mau kau mainkan sayang?” tanya sang ratu sambil
bangkit berdiri dan menuntun si putri kecil ke taman bunga yang berada di
tengah bangunan kerajaan. Taman bunga tersebut tidak hanya dihiasi oleh
berbagai tanaman bunga, namun juga tanaman obat-obatan yang selalu digunakan
sebagai ramuan kesehatan untuk keluarga kerajaan. Selain itu, di tengahnya
terdapat air mancur berbentuk singa, sang raja hutan. Tidak heran karena singa
merupakan lambang kebanggaan kerajaan mereka. Singa merupakan hewan paling
tangguh di hutan belantara hingga dijuluki sang raja hutan. Hewan lainnya akan
tunduk pada auman sang singa, begitu pula dengan kerajaan mereka. Seluruh
rakyat yang berada di bawah kuasa raja akan tunduk pada titahnya.
Sang ratu dan si putri kecil terus
bermain hingga lupa bahwa matahari telah terbenam di ufuk barat. Sang raja
menghampiri mereka berdua yang sedang duduk sambil tertawa-tawa di bangku taman
indah yang berwarna putih keemasan. Di depan mereka terdapat meja bulat yang di
atasnya terdapat berbagai kudapan lezat dan minuman hangat.
“Apa yang sedang kalian bicarakan?”
tanya raja lalu mencium sang ratu, kemudian menggendong si putri kecil
kesayangannya. Si putri kecil hanya tertawa-tawa di pelukan ayah kesayangannya.
“Kami sedang membicarakan mengapa seorang
putri kecil kesayangan seluruh rakyat kerajaan masih mengompol, Kakanda,” jawab
sang ratu sambil menggelitiki putri kesayangannya.
“Ibundaaa,” si putri kecil tertawa
kegelian dan memeluk erat leher sang raja.
Mendengar itu
sang raja hanya tertawa sambil melindungi putri kecilnya dari serangan jahil
istrinya.
Bukankah
kalian menganggap keluarga mereka adalah keluarga yang bahagia? Saranku, simpan
jawaban kalian hingga ke chapter selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar