Lagi-lagi
si putri kecil hanya mampu memerhatikan ibunya, sang ratu, dari balik pintu
kamar utama. Sudah aturan kerajaan bahwa tidak sembarang orang boleh masuk ke
dalam kamar utama. Bahkan pelayan yang bertugas membersihkan kamar saja harus
datang dan pergi sesuai jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula
dengan si putri kecil, walau dia merupakan anggota keluarga kerajaan, namun
bukan berarti dia memiliki hak istimewa. Dia tetap tidak bisa masuk ke dalam
kamar utama sesukanya.
Dia
duduk di depan pintu kamar utama sambil memeluk boneka kuda poni ungunya,
boneka kesayangan yang telah dimilikinya sejak berumur 2 tahun. Boneka pertama
dan terakhir yang dia dapat dari almarhum sang kakek. Raja sebelum ayahnya.
Dia
terus memeluk bonekanya hingga terbangun karena mendengar suara ibunya, sang
ratu, memanggil namanya. Sebenarnya banyak pelayan yang berlalu lalang di
dekatnya, namun tidak ada yang berani membangunkan si putri kecil. Si putri
kecil memang punya kebiasaan buruk, dia selalu marah jika dibangunkan kecuali
jika itu sang ratu, raja, dan kuda poninya yang tentu saja tidak akan pernah
membangunkan tidurnya.
“Sayang,”
sang ratu memeluk putrinya dan mengangkat tubuh mungil itu dalam pelukannya.
“Ibunda,”
jawab si putri kecil lemah, tubuhnya menggigil kedinginan.
“Sayang
maafkan ibunda. Ibunda tidak tahu bahwa kau ada di sana,” sang ratu terisak
melihat putri kesayangannya jatuh sakit.
“Ibunda,
apa yang ibunda tulis di kertas itu? Mengapa sekarang kertasnya berwarna putih
dan tercium wangi bunga lily darinya?” si putri kecil bertanya penasaran, walau
tubuhnya lemah, namun rasa penasarannya tidak dapat dibendung.
“Bukan
hal penting. Sekarang kau istirahatlah. Akan ibunda bawakan obat-obatan untukmu
sayang,” segera sang ratu berlalu setelah membaringkan si putri kecil di tempat
tidur megah miliknya. Tempat tidur tersebut berwarna merah dan tentu saja
seperti benda-benda lainnya yang ada di istana, tempat tidur itu juga
mengaurkan wewangian bunga. Kali ini sesuai dengan warnanya, tempat tidur
tersebut mengaurkan wewangian bunga mawar. Harum hingga menghanyutkan siapa
saja yang tidur di atasnya.
“Ibunda...”
si putri kecil terus memanggil ibunya. Boneka kuda poni miliknya tergeletak
jauh dari tubuhnya. Dia berusaha meraih bonekanya, namun lengan mungilnya tak
mampu meraih boneka itu. Si putri kecil mulai terisak, dia tidak bisa
menjangkau boneka kesayangannya. Hingga akhirnya dia jatuh tertidur dan
melupakan boneka kesayangannya dan bergelut dengan mimpi indahnya.
Sang
raja berlari tergopoh-gopoh ke dalam kamar utama setelah mendengar bahwa putri
kesayangannya jatuh sakit. Pertemuan penting bersama beberapa kerajaan lain
yang sedang dihadirinya ditinggalkan begitu saja. Dia tidak peduli bahwa tindakannya
dapat memengaruhi kerja sama yang tengah dijalani atau bahkan yang akan
dijalani oleh kerajaan miliknya dengan kerajaan-kerajaan lainnya.
Putri
kecilnya adalah prioritas utamanya.
Sesampainya
di kamar utama, dia tidak menemukan istrinya. Hanya ada putri kecil
kesayangannya, segelas ramuan kesehatan yang telah diminum setengahnya, dan
sepucuk surat berwarna putih yang tergeletak di bawah tempat tidur.
Sang
raja menghampiri si putri kecil lalu mencium lembut pipi chubby putri kecil kesayangannya. Setelah sejenak dia melihat putri
kecil kesayangannya tengah tertidur pulas, perhatiannya pun dialihkan pada
sepucuk surat berwarna putih yang tergeletak begitu saja di bawah tempat tidur
yang tak jauh dari kakinya.
Sang
raja memungut surat tersebut dan melihat tulisan tangan istrinya ada di sampul
depan surat tersebut. Sang raja tidak mengenal nama si penerima surat tersebut.
Namun sang raja tahu betul bahwa istrinya tidak mempunyai siapa-siapa untuk ia
kirimi surat.
Setelah
lama memerhatikan sepucuk surat berwarna putih itu, sang raja kemudian
memutuskan untuk membuka dan membaca surat itu.
Tahukan kalian
apa yang akan terjadi selanjutnya? Hal mengejutkan dan di luar dugaan akan
menyambut kalian di chapter selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar