Minggu, 31 Agustus 2014

[FIRST PART] 24 Agustus 2014 :)



24 Agustus 2014, aku berada di atas awan sendirian tanpa seorang pun yang dikenal. Terbang dari Medan menuju Jakarta. Seperti anak hilang menggeret-geret koper besar berwarna biru sendirian sepanjang Soetta International Airport.

            Sebelumnya aku ingin bercerita dulu kejadian sebelum tanggal 24 Agustus 2014. Beberapa hari sebelum aku balik ke Bogor aku merasa sedih, bahkan tak jarang diam-diam menitikkan air mata. Aku selalu menangis saat melihat wajah kedua orang tuaku. Entah kenapa rasanya masih berat saat meninggalkan mereka. Walau ketika aku di rumah tak jarang mereka mengomeliku sampai aku kesal sendiri dan selalu terbersit rasa ingin cepat-cepat balik ke Bogor karena di sana tidak ada mereka yang mengomeliku -___- (anak durhaka)

            Nyatanya, H-1 aku mulai bertanya-tanya dalam hati, Mengapa rasanya waktu cepat sekali berlalu? Bukankah baru kemarin aku mendarat di Medan? Kenapa sekarang udah harus terbang lagi ke Jakarta?

            Dan akhirnya aku tidak bisa tidur hingga jam 4 pagi! Padahal jam setengah 5 pagi aku sudah harus siap-siap untuk berangkat ke Kualanamu. Yah, tidur setengah jam sedikit menolong rasa takut dan khawatirku. Sepanjang malam aku menggigil kedinginan, entah kenapa tiba-tiba rasanya suhu di kamarku turun drastis, membuatku tak mampu memejamkan mata dan hanya bisa menggigil dan memainkan gadget saja.

            Saat di bandara, aku masih mampu tersenyum dengan terus membayangkan liburanku ke Jogja esok harinya. Ya, aku sesegera mungkin balik ke Bogor karena aku masih hendak liburan bersama teman-teman kosanku.

            Tapi akhirnya, air mataku luruh juga saat berada di depan gate menuju ruang boarding pass. Saat itu aku sudah pamit dengan keluarga, sebelumnya aku telah bertekad untuk tidak membalik badan saat sudah berpamitan, nyatanya aku langsung berbalik badan dan menangis sambil memeluk mama. Cengeng? Iyaaaa, itu aku!

            Kami terdiam cukup lama di depan gate boarding pass sambil menunggui air mataku berhenti mengalir. Tapi aku tidak menangis sendirian, di belakang mama ternyata ada sebuah keluarga yang anak gadisnya juga sedang menangis sambil memeluk orang tuanya. Mungkin dia bernasib sama denganku.

            Tuhkan, masih manusiawi bukan?

            Akhirnya, mama memberiku sebungkus tisu untuk berjaga-jaga. Setelah itu, aku kembali berpamitan dan langsung maju jalan tanpa menoleh ke belakang lagi. Takut nangis lagi (dasar cengeng!)

            Saat di ruang boarding pass, aku tidak tahu lagi bagaimana bentuk wajahku. Tidak beraturan, mungkin. Acak kadut -____-

            Akhirnya, aku naik pesawat dan seperti anak hilang. Duduk sendirian di pesawat tanpa seorang pun yang kukenal.

            Sesampainya di Soetta, aku menghela napas. Yah, di sinilah aku sekarang! Tidak lagi di rumah nyaman yang telah kutinggali beberapa tahun belakangan ini. Tidak ada lagi Mama yang siap memasak untukku setiap saat, tidak ada lagi Papa yang bisa melindungiku, tidak ada lagi Kak Sari yang rela kurepotkan setiap saat dengan tingkah konyolku, dan tidak ada lagi Dika yang selalu sabar kumarah-marahi dengan berbagai alasan.

            Sendirian. Itulah kondisi yang harus kusandang setiap menginjakkan kaki di Soetta hingga kembali ke Kota Medan.

            Aku berjalan sendirian menuju tempat pengambilan bagasi, lalu menggeret-geret koper sendirian menuju halte Damri, dan akhirnya naik ke Damri dengan sibuk menghubungi travel yang biasa kusewa.

            Endingnya? Travelnya tidak jadi menjemputku karena bapaknya sedang sakit dan aku panik di atas Damri. Mau naik apa aku dari terminal Baranangsiang ke kosan dengan koper sebesar itu?

            Alhasil aku nanya-nanya ke teman-teman di kosan yang lebih paham mengenai hal beginian. Aku tahu jalan, hanya saja terganjal di koper. Ketika telah bertekad akan naik Transpak, ternyata ada taksi yang menawarkan jasanya padaku. Ya sudahlah ya, walau mahal yang penting aku sampai di kosan. Badanku juga sudah pegal-pegal semua. Memangnya enak apa duduk kaku di atas pesawat selama dua jam lebih ditambah dengan duduk manis di Damri selama 2 jam (kurang lebih)?

            Yaaa, begitulah kisah hingga akhirnya aku sampai dengan utuh dan selamat di kosan dari bandara. Ini pertama kalinya aku pulang sendirian dari bandara ke kosan, ditambah lagi dengan bapak travel yang tidak jadi menjemput. Cobaan banget -____-

            Next postingan aku bakal ngepost tentang perjalananku dengan teman-temanku ke Jogja. Wait yaaaaaa! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar