Mulai mencoba memahami diri sendiri,
mengerti jalan pikiran dan apa yang sebenarnya aku inginkan. Sudah lama semua
passion dan hobiku terpendam. Semua yang aku inginkan selalu dilarang oleh
kedua orang tua, atau minimal aku tidak berani mengungkapkannya pada mereka
sehingga semuanya terpendam begitu saja dan tidak berkembang sama sekali.
Jujur, aku iri pada mereka yang memiliki keterampilan lain, dalam hal ini yang
berkaitan dengan kreativitas karena aku merasa semua kreativitasku terenggut.
Pola pikirku telah dibentuk sejak awal, mungkin sejak aku lahir, bahwa akademik
posisinya berada di atas segala-galanya.
Sampai
saat ini aku masih merasa kecewa pada mereka yang membuatku menjadi seperti
sekarang. Bukan aku tidak bersyukur, tidak sama sekali, hanya aku ingin mencoba
hal-hal lain yang aku bahagia menjalaninya. Harusnya mereka tahu sejak awal
bahwa aku tidak begitu suka belajar hahaha yah aku tahu sudah sepantasnya aku
belajar. Namun saat ini, belajar bukanlah satu-satunya cara untuk sukses.
Bisnis, gambar, komunikasi, masih banyak hal lainnya yang aku bisa berkembang
di sana.
Bahkan
untuk memilih jurusan pun aku masih diberi pilihan. Aku tahu harusnya aku
bersyukur karena aku diterima di IPB dengan jurusan pilihan Papa. Aku juga tahu
aku belum tentu diterima di UGM jika aku memilih jurusan sastra Jepang di sana,
tapi aku masih merasa passionku ada di sana. Bukan hanya sastra Jepang karena
itu merupakan salah satu dari kesukaanku, tapi sastra. Bahasa. Aku tahu kepribadianku
adalah introvert dan seharusnya bagi orang yang menyukai bahasa seharusnya dia
extrovert, tapi aku senang belajar bahasa. Aku senang memahami pembicaraan
orang lain. Aku merasa menjadi tahu segalanya.
Aku
tahu belajar bahasa saat ini mudah untuk dijalani bahkan hanya dengan
bermodalkan laptop dan internet semuanya dapat dipelajari. Hanya saja jalurku
untuk ke luar negeri dan berteman dengan mereka yang memiliki passion yang sama
denganku, itulah yang kusesali karena tidak kudapatkan. Aku juga tahu bahwa
jalan untuk ke luar negeri saat ini banyak pilihannya, namun kebanyakan
bertitle beasiswa dan aku sadar diri, aku tahu tingkat intelektualitasku tidak
begitu tinggi, bukan karena aku lambat dalam memahami pelajaran, namun aku
malas mengulangnya. Aku lebih suka bekerja sambil bermain, tidak memerlukan
tingkat konsentrasi yang tinggi. Belajar bahasa bisa sambil bermain bukan?
Untuk lebih memahami bahasa aku bisa sambil menonton film, membaca novel,
mendengar musik, mengobrol dengan orang asing, dan lain-lain. Bukankah itu
terdengar menyenangkan?
Aku
juga bisa bekerja sebagai guru les bahasa di kemudian hari, atau aku bisa
menjadi tour guide yang dapat bekerja sambil travelling gratis, bukankah itu
terdengar luar biasa? Atau juga aku bisa bekerja di stasiun tv sebagai
penerjemah atau apa pun itu yang terdengar sangat luar biasa menyenangkan
bagiku. Aku juga bisa menulis sesuai minatku dengan bahasa yang aku pelajari.
Aku
tahu semua itu tinggal mimpi karena saat ini aku berkecimpung di bidang ekonomi
lingkungan, ekonomi sumberdaya, dan ekonomi pertanian. Aku tidak menyesal sama
sekali hanya terkadang masih merasa kecewa pada hidupku. Mengapa jalur hidupku
harus begitu terarah? Mengapa aku tidak bisa menentukan pilihanku sendiri? Aku
tahu orang tua hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun aku ingin
pilihan hidup yang bisa kuambil lebih banyak opsinya. Bukan opsi akademik dan
hanya bidangnya yang aku bebas memilih.
Aku
yakin kedua orang tuaku tidak tahu kalau aku tertarik di fotografi,
broadcasting, dan event organizer. Semuanya hanya terpendam dalam diriku dan
aku tidak tahu kapan aku bisa mulai belajar itu semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar