Mungkin
gak adil kalau aku hanya membicarakan hal menyenangkan. Aku juga ingin berbagi
kesedihan, tentu saja.
Temanku
baru aja mendapat kabar yang tidak menyenangkan. Dia harus terbaring di rumah
sakit dan menerima kenyataan bahwa “operasi” adalah salah satu jalan untuknya
sembuh. Namun dengan resiko dia harus cuti kuliah selama 4 minggu. Padahal dua
minggu lagi kami akan ujian akhir semester. Bagaimana dengan ujiannya?
Tentu
saja dia berharap agar tidak perlu dioperasi, tapi jika hanya itu pilihan
terbaiknya tentu dia harus menerimanya. Aku tentu berdoa yang terbaik untuknya,
tapi aku merasa bersalah karena tidak pernah menjenguknya saat di kosan, tidak
segera menanyakan kabarnya ketika kudengar dia tidak kuliah. Teman macam apa
aku?
Padahal
dia telah begitu percaya padaku hingga sering berbagi cerita yang hanya aku
saja yang tahu, tapi aku tidak begitu perhatian?
Mungkin
tulisan ini terkesan pencitraan, tapi siapa aku yang harus melakukan
pencitraan? Aku hanya ingin siapa pun yang membaca ini, berkenan mendoakannya.
Aku berusaha untuk tidak munafik, aku hanya ingin kesembuhannya segera. Aku
sudah menyiapkan sesuatu untuknya. Kado ulang tahun yang akan menyambutnya
ketika dia kembali ke Bogor.
Maaf
karena kado ini datang terlambat, maaf karena tidak merayakan ulang tahunmu
dengan baik, maaf karena gagal menjadi teman yang baik, dan terima kasih untuk
semuanya. Kuharap kita akan berteman hingga bertahun-tahun ke depan. Kusayang
Imet {}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar