Melanjutkan kisah yang tadi malam aku posting. Kali
ini aku akan menceritakan tentang beberapa teman lainnya.
Fahmi. Teman pertama di SMA yang meminta bantuanku untuk
mencomblanginya dengan Rara. Kebetulan aku dan Rara berasal dari SMP yang sama.
Itulah alasan Fahmi meminta bantuanku. Aku sih tak keberatan asal ada pajak
jadiannya saja.
Dengan taktik yang kupunya akhirnya mereka berdua
jadian dan aku mendapat bonus atas kinerjaku. Mungkin awal kedekatanku dengan
Fahmi karena ajang mak comblang ini.
Sayangnya, hubungan mereka tidak berjalan lama dan
lancar. Rara memutuskan Fahmi secara sepihak dengan alasan saudaranya yang
sakit. Tapi sesungguhnya bukan itulah alasan yang sebenarnya. Rara memang tidak
pernah menyukai Fahmi.
Hubungan mereka yang tidak bertahan lama itu membuat
Fahmi patah hati. Akhirnya Fahmi menumpahkan seluruh rasa sakit hatinya padaku
hampir setiap hari. Kedekatanku dan Fahmi ternyata menjadi boomerang antara
hubungan dia dengan teman sebangkunya, Alfi, yang ternyata menyimpan rasa
padaku.
Alfi yang merasa kalau Fahmi tahu tentang
perasaannya padaku, tapi tetap tidak menjaga jarak denganku akhirnya memusuhi
Fahmi dan menyebutnya “penikung” (read: orang yang merebut gebetan sahabatnya).
Ditambah lagi dengan teman-teman lain yang tidak suka dengan sifat Fahmi yang
sombong akhirnya juga memusuhinya. Aku orang yang bersifat netral kembali
menjadi teman terbaik untuk Fahmi (read: menurutku sih).
Lupakan cerita tentang Fahmi karena kali ini kita
akan berpindah ke Alfi.
Kesan pertamaku mengenai Alfi adalah dia
menyebalkan. Karena di hari pertama sekolah dia membentakku, tapi saat aku
klarifikasi langsung padanya dia merasa tidak membentakku bahkan dia lupa
kejadian itu.
Dia sangat menyukai graffiti dan merupakan anak
basket. Cukup pintar untuk ukuran rata-rata kelasku dan bertubuh gempal. Tapi
dia memiliki sifat baik hati, perhatian, dan menyenangkan. Untuk menjadi
seorang teman, dia merupakan paket komplit. Sayangnya, dia menginginkan lebih. Aku
yang memang dari awal sudah terpaku pada Jason tidak bisa dengan mudah memberi
ruang untuk yang lainnya.
Lagipula Alfi tidak pernah menembakku, dia hanya
menyatakan perasaannya melalui SMS. Itu sebabnya dia tidak pernah kutolak
karena dia hanya menyatakan bukan menanyakan.
Miris memang hanya karena hal ini pertemanan kami
sampai detik ini berada di ujung tanduk. Bahkan dia sangat membenciku, apalagi
dengan kedekatanku dengan Fahmi yang bisa dibilang lebih dari seorang teman padahal
bukan itu yang sebenarnya.
Dia merasa ditusuk dari belakang, tapi ketahuilah
bahwa ini bukan karena Fahmi. Ini karena hatiku yang memang sudah terukir nama
Jason. Dia hanya terlambat mengetuk pintu hatiku. Ini hanya masalah waktu.
Apalagi yang aku tahu, Alfi sudah memiliki seorang
kekasih di Jakarta yang notabene adalah saudaranya sendiri. Lalu untuk apa dia
memendam rasa itu untukku? Apa itu hanya taktiknya untuk membuatku cemburu?
Sayangnya tidak berhasil, malah membuatku kehilangan kepercayaan padanya. Dia
merusak imagenya sendiri.
Kepingan masa laluku tak berhenti di sini karena
masih banyak lagi kepingan masa lalu yang hendak kutulis. Stay tune, guys (:
(PS: Cerita ini bisa fiksi ataupun non-fiksi. Bisa
diselidiki keaslian cerita dengan bertanya langsung pada para tokohnya.
Terimakasih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar