Aku ingat saat sekolah dulu sering menulis cerita pendek,
waktu di rumah masih ada komputer, kemudian setelah selesai menulis aku akan
langsung menge-print-nya dan
kubagikan di kelas. Aku ingat pula berbagai reaksi yang diberikan teman-temanku
setelah membaca cerita pendekku. Mereka menyukainya, bahkan sering memuji karya
abal-abalku. Aku rindu pujian itu. Aku rindu pujian mengenai tulisanku. Aku
sudah lama tidak menulis cerita pendek lagi, aku terlalu terfokus pada puisi
dan tulisan ilmiah lainnya yang sebenarnya aku tahu bahwa itu bukanlah bidang
yang kuminati.
Walau begitu, aku tahu pula bahwa Papa dan kampusku
menuntutku untuk bisa menulis ilmiah, selain terkait dengan tugas kuliah,
tulisan ilmiah akan mampu membawaku menuju tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Aku tahu itu, namun masih terasa sulit bagiku untuk mampu menulis
ilmiah. Aku merasa tersudutkan setiap dosen mengungkit PKM, aku tidak pernah
bahkan sedetikpun berpikir mengenai PKM. Aku tidak tahu bagaimana memulai,
bahkan membentuk kelompok saja aku bingung.
Beberapa hari yang lalu temanku bercerita mengenai
temannya yang akan melanjutkan studi di Jepang, negeri sakura. Temannya adalah mahasiswi sastra jepang, pernah
mengikuti study exchange ke Jepang, dan
sekarang akan melanjutkan studi S2 ke negeri matahari terbit itu. Aku jadi
teringat mengenai passionku 3 tahun yang lalu, passionku yang akhirnya redam
tanpa pernah berkobar. Mimpi lamaku terkuak kembali saat mendengar cerita
temanku. Aku ingat bahwa dulu aku sangat ingin mengambil sastra, entah sastra
apapun itu. Aku suka bahasa, aku suka belajar bahasa. Mungkin darah Papa dan
Mama menurun padaku, namun mereka keberatan jika aku mengikuti jejak mereka.
Padahal apa salahnya jika aku mempunyai minat yang sama dengan mereka??? Mereka
terlalu takut hidupku akan seperti mereka, mungkin. Padahal hidup mereka
baik-baik saja bahkan dengan menggeluti bidang ini. Akhir dari seorang
mahasiswi sastra tidak hanya menjadi seorang dosen, aku punya mimpi bisa
menjadi seorang translator, tour guide, atau bahkan menjadi seorang dosenpun
aku tidak keberatan sama sekali. Lucunya, mimpiku saat ini adalah menjadi seorang
dosen. Toh pada akhirnya mimpiku menjadi seorang dosen.
Saat ini aku masih berandai-andai bagaimana hidupku jika
aku benar mengambil sastra jepang 3 tahun yang lalu. Sastra Jepang UGM, itulah
mimpiku. Maaf Pa, berkali-kali pun aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja di
sini, saat ini, tapi aku selalu menangis saat mengingat mimpiku 3 tahun lalu
itu. Andai saja... Aku hanya bisa berkata “andai saja”.
Seberat itulah menjadi seorang ekonom bagiku. Angka
adalah apa yang setiap hari harus aku hadapi. Kurva adalah makanan
sehari-hariku. Asumsi adalah apa yang harus aku lakukan setiap hari. Tidak ada
salahnya memang menjadi seorang mahasiswi ekonomi, tapi entah kenapa aku merasa
aku menjadi seorang pecundang di sini. Pintar tidak, bodoh juga tidak. Aku
hanya menjadi mayoritas di sini, aku tidak suka. Aku tidak menonjol sama
sekali, entah menjadi baik atau bahkan buruk.
Tulisan ini mungkin adalah pelampiasanku atas apa yang
akan aku hadapi. Aku adalah mahasiswi tingkat akhir saat ini, semester 7.
Proposal, penelitian, dan skripsi adalah apa yang akan aku hadapi dan aku belum
siap. Seperti topik yang telah kusinggung pada paragraf awal, aku tidak pandai
menulis ilmiah, tapi aku tahu pasti bahwa Papa akan menyuruhku untuk lulus
tepat waktu dan kalau bisa lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Aku takut,
karena aku juga menginginkan hal yang sama, namun aku tidak tahu bagaimana
mencapai hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar