Rabu, 08 Mei 2013

Keluarga itu...


          Mereka bilang keluarga itu adalah tempat kita berteduh di kala terik maupun hujan. Mereka bilang keluarga itu adalah tempat kita bernaung baik siang maupun malam. Mereka bilang keluarga itu akan selalu ada di saat kita membutuhkan mereka.

          Nyatanya tidak selalu. Buktinya saat ini.

          Aku terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Mempunyai seorang adik laki-laki yang sangat dimanja oleh kedua orang tuaku dan seorang kakak perempuan yang selalu menjadi kebanggaan keluarga. Sedangkan aku, hanya seorang anak perempuan biasa yang memiliki paras biasa dan kemampuan biasa. Tak ada yang istimewa.

          Mungkin karena ke-biasa-anku itulah yang membuat banyak orang tidak mengakui eksistensiku. Mungkin mereka hanya menghargai dan mengakui orang-orang yang memiliki sesuatu yang “luar biasa”. Padahal terdapat kata “biasa” di dalam frasa “luar biasa”. Itu membuktikan tidak akan ada “luar biasa” tanpa adanya “biasa”.

          Saat ini aku berada jauh dari keluarga. Beratus-ratus kilometer jauhnya. Tanpa seorang pun sanak saudara, aku berjuang sendirian di sini. Mungkin terlihat keren bagi sebagian orang, itu karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan di sini.

          Ini adalah kali pertama aku jauh dari orang tua. Ini adalah kali pertama aku me-manage hidupku sendiri. Pola makan, pola tidur, belajar, dan uang semua berada di bawah kendaliku. Aku yang mengatur semuanya sendiri.

Aku memang sudah menjadi seorang mahasiswi sekarang, tapi aku juga hanya seorang remaja biasa yang terkadang masih suka labil. Belum bisa sepenuhnya menguasai egoku.

Mungkin aku sering bertingkah menyebalkan dan acuh atau bahkan jarang memberi ataupun menanyakan kabar pada mereka. Itu bukan berarti aku tidak peduli lagi! Sungguh. Hanya saja dengan banyaknya kegiatan kampus, asrama, les, dll., membuatku terkadang lupa untuk hanya sekedar menyapa. Lagian tidak mungkin aku terus-terusan mengabaikan mereka, pasti akan ada saatnya di mana aku merindukan dan membutuhkan mereka.

Sayangnya di saat aku merasa homesick, di saat itu pulalah mereka mengacuhkan dan mengabaikanku. Entah ini karma atau pembalasan dendam, aku tidak tahu. Hanya saja aku merasa menjadi manusia paling kesepian.

Kucoba untuk menghubungi mereka, tapi jawaban yang kuterima adalah jawaban ketus, singkat, dan bahkan tidak di balas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar