Untuk pertama kalinya aku diizinkan
kedua orang tuaku untuk ikut acara yang mengharuskanku menginap. Makrab. Ya,
aku diperbolehkan ikut makrab kelas beberapa waktu yang lalu. Padahal
sebelumnya aku tak pernah diizinkan untuk ikut acara sejenis itu. Bahkan aku
tak mendapat izin untuk ikut perpisahan sekolah SMP dan SMA dan perpisahan
kelas SMA. Terlalu banyak hal yang kulewatkan sewaktu bersekolah dulu.
Ikut organisasi saja aku tak
dibolehkan, alasannya takut menganggu pelajaran sekolah. Selain itu memang
jadwal lesku selalu gila-gilaan. Mulai dari masih berseragam merah-putih,
hampir tidak ada hari aku bisa bersantai dan bermain. Bimbel, les bahasa
Inggris, dan ngaji. Semua kulalui hingga aku berseragam putih-biru.
Selepas SD, aku masih mengikuti
bimbel dan les bahasa Inggris. Aku mendapat sedikit keringanan waktu SMP. Setidaknya
aku masih bisa ikut ekskul voli, main basket sepulang sekolah, berperan sebagai
kapten dan bek tim sepak bola putri kelas, bahkan menjadi salah satu anggota
mading OSIS. Hari-hari kulalui dengan segala kesibukan. Masih belum bisa
menikmati waktu luang, tapi kali ini tak mengapa karena aku melakukan hal-hal
yang aku sukai.
Hingga kuinjakkan kakiku di SMA
Negeri 2 Medan. Saat berseragam putih abu-abu, aku pasif. Tak menjadi apa-apa,
hanya sebagai siswi SMA biasa. Waktu tiga tahun pun terlewati tanpa terasa, waktu-waktu
dalam pencarian jati diri.
Tibalah saatnya aku melepas seragam
karena aku resmi menjadi seorang mahasiswi di Institut Pertanian Bogor. Awalnya
berat meninggalkan kota Medan yang telah membesarkanku selama 18 tahun lamanya.
Pertama kali menginjakkan kaki di Bogor, semua terasa asing. Lingkungan, cuaca,
serta orang-orangnya. Hingga akhirnya, aku mampu beradaptasi di kota hujan ini.
Hari-hari kulalui menjadi seorang
mahasiswi. Melewati masa matrikulasi selama sebulan penuh dan mengharuskanku
berpuasa tanpa keluarga untuk pertama kalinya. Makan nasi dingin saat sahur dan
antri beli makan saat buka puasa. Moment yang tak akan pernah kurasakan jika
aku tak pergi merantau.
Waktu semester satu, aku pernah
mendaftar jadi anggota BEM TPB. Saat kedua orang tuaku tahu mereka sedikit
menentangnya. Walau akhirnya mengizinkan, tapi toh ternyata aku gagal di sesi
interview. Melupakan sedikit rasa sakit karena gagal untuk mengembangkan soft
skillku, saat ini di semester dua, aku kembali mendaftar sebagai panitia
Jurnalistik Fair 2013. Aku berusaha maksimal saat sesi interview. Kedua orang
tuaku belum kuberi tahu perihal ini, sesaat setelah aku selesai melakukan
interview barulah mereka kuberi tahu. Tanpa kuduga ternyata mereka mendukungku,
mungkin karena berbau jurnalistik. Kedua orang tuaku seorang dosen sastra, tak
heran kalau mereka memberi lampu hijau padaku. Bahkan mereka mendoakanku semoga
diterima. Tak pelak lagi aku lulus jadi panitia. Doa orang tua benar-benar
makbul. Aku senang karena akhirnya kedua orang tuaku mempercayaiku bahwa aku
mampu memanage waktu dan menjaga diri. Buktinya mereka mengizinkanku ikut
makrab dan ikut kepanitiaan.
Semoga kepercayaan mereka bisa
kupertanggungjawabkan nantinya dan semoga aku bisa terus mengembangkan soft
skillku karena itu adalah modal penting saat bekerja kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar