Tepat dua hari yang lalu, temanku,
Eri, berulang tahun yang ke-19 tahun. Beberapa hari sebelumnya, aku dan Bunga
sudah merencanakan sesuatu untuk mengerjainya. Niat awal sih mau ngerjain dia
habis-habisan dengan telur, tepung, kopi, dan air. Sayangnya niat jahat kami
tak bisa terlaksana disebabkan oleh adanya perubahan lokasi kerja kelompok yang
sudah kami berdua atur. Ya, awalnya kami berniat mau mengerjainya di A5, asrama
Eri sendiri, tapi ternyata Eri malah meminta untuk kerja kelompok di LSI.
Memang niat terselubung kami ini ditutupi oleh ide “kerja kelompok”, agar dia
tidak terlalu curiga saat kami ajak main.
Karena lokasi LSI cukup jauh, aku
jadi malas untuk ke sana. Akhirnya kuputuskan untuk kerja kelompok di kamarku
saja. Toh, di A3 masih bisa untuk mengerjainya. Bunga memberi ide untuk
menyiramnya saja dengan air. Akan tetapi, masalahnya Eri tidak bawa baju ganti.
Berhubung lokasi aksi kami di dekat kamarku, akhirnya kuputuskan untuk
meminjamkan Eri bajuku asalkan ide kami ini tetap terlaksana.
Tibalah waktunya setelah acara tiup
lilin yang lilinnya susah banget untuk mati dan makan kue, Bunga pun pamit
pulang. Dia pamit karena hendak pergi dengan teman prianya. Aku tanya Bunga
dengan tidak mengeluarkan suara sama sekali saat Eri sedang tidak memerhatikan
kami berdua, “Ngerjainnya jadi gak?” kutanya dia sambil melirik ke arah Eri.
Bunga mengangguk dan langsung
berkata, “Anterin aku yok sampai depan tangga.” Kebetulan kamarku memang berada
di lantai dua dan untungnya harus melewati deretan kamar mandi baik di sisi
kiri maupun kanan saat mau keluar asrama. Tanpa rasa curiga Eri dan Suci
mengikuti Bunga keluar. Aku berada paling belakang karena harus menutup jendela
dan pintu kamarku. Harus tetap waspada di situasi atau kondisi apapun.
Akhirnya, sampailah kami di depan
kamar mandi. Bunga berhenti dan langsung menarik Eri ke sisi kiri. Aku yang
mengikuti dari belakang langsung merebut handphone yang sedang digenggamnya.
Suci terdiam memerhatikan kami. Aku mengalami sedikit kesulitan saat merebut
handphone Eri karena dia menggenggamnya dengan sangat erat. Berharap kami
membatalkan niat jahat kami jika dia tetap menggenggam handphonenya. Sayangnya,
aku berhasil merebut handphone tersebut dan Bunga juga berhasil memerciki Eri
dengan air dari gayung.
Eri sudah cukup basah saat dia
berhasil kabur dari cengkeramanku. Aku langsung berlari mengejarnya, begitu
juga dengan Bunga. Hanya Suci yang tak bergerak dari posisinya semula, tak tega
mungkin. Aku dan Bunga berderap mengejar Eri yang hendak masuk ke kamarku. Kami
menggeretnya dan kali ini Bunga tak lagi memercikinya, melainkan menyiramkan
seluruh isi gayung ke arah Eri.
Sialnya, Eri berlindung di
belakangku. Jadilah aku ikut basah. Entah berapa gayung yang Bunga siramkan ke
arah Eri, yang pasti Eri terus berlindung dan berusaha memelukku. Dasar Bunga,
ketika dia melihat Eri sudah basah kuyup, dia kabur begitu saja. Meninggalkan
Eri yang masih berusaha memelukku agar aku ikut basah.
Setelah puas tertawa bersama Suci,
aku masuk ke kamar dan mengambilkan baju ganti untuk Eri. Setelah menemukan
baju yang cocok untuknya, aku kembali ke kamar mandi dan menemukan dia sedang
memeras jilbabnya. Bahkan jilbabnya saja bisa diperas ckck (berdecak).
Entah siapa lagi korban selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar